Jumat, 02 September 2016

Catatan September: Awalnya Soeharto Bukan Seorang Nasionalis


Shodhanco Soeharto. Net

Fakta mengejutkan, dokumen otentik yang secara tersurat diakui secara terang-terangan, Soeharto yang Presiden RI ke II itu, pada awalnya bukan seorang nasionalis. Penguasa Orde Baru selama 32 tahun tersebut, egonya sedemikian menonjol. Dia lebih mengutamakan nasib diri sendiri ketimbang nasib bangsanya. Tetapi karena ditempa waktu, patriotisme Soeharto muncul, mirip yang dilakukan Raden Wijaya, memanfaatkan Tentara Tar Tar tempo dulu.

Dilacak dari berbagai leteratur, karier militer Soeharto, dikaitkan dengan nasionalisme, sampai hari ini masih ada dua pendapat yang secara tajam bertentangan. 

Satu sisi dikemukakan, bahwa Soeharto adalah pemimpin militer baik pada jaman penjajahan Belanda maupun pada masa pendudukan Jepang. 

Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal,” demikian seperti ditulis Wikipedia.

Uraian seperti tertuang pada Wikipedia mengandung pengertian, bahwa Soeharto adalah ‘pejuang’, berseiring dengan Bung Karno, Bung Hata, Bung Syahir, dan yang lain.

Catatan pada Wikipedia twrsebut sangat berbeda dengan ucapan Soeharto yang termuat pada otobiografi yang ditulis G Dwipayana dan Ramadhan KH.
Karier Soeharto dimulai dari Bank Desa sebagai pembantu klerek / juru tulis / juru pembukuan karena tuntutan atau kepentingan ekonomi keluarga. Begitu pula ketika mendaftar menjadi tentara KNIL di Gombong serta melamar menjadi Polisi pada jaman pendudukan Jepang di Patuk, Yogyakarta.

“Saya berusaha kian kemari mencoba mendapatkan sumber nafkah. Tetapi tidak juga berhasil. Akhirnya saya kembali ke Wuryantoro, tempat banyak kenalan yang saya harapkan bisa membuka jalan,” tutur Soeharto seperti ditulis G Dwipayana dan Ramadhan KH dalam Otobiografi halaman 16 – 17.
Dari ucapan di atas, tidak terlihat sedikitpun, bahwa Soeharto memiliki kepedulian terhadap nasib bangsa yang berada di cengkeraman penjajah. 

“Setelah banyak jalan yang saya tempuh, akhirnya saya diterima sebagai pembantu klerek pada sebuah Bank Desa (Volks-Bank). Walaupun saya tidak begitu senang dengan pekerjaan ini, saya anggap lebih baik melakukannya daripada nganggur di tengah suasana yang muram,” demikian Suharto memperjelas kemauan kuatnya dalam hal mencari pekerjaan.

Jemu menjadi pembantu klerek, Soeharto melamar menjadi tentara Koninkljk Nederlands Indisch Leger (KNIL) Tentara kerajaan Hindia Belanda. Upaya inipun tidak lepas dari motif memperbaiki nasib diri sendiri.

Tak dinyana, kata Soeharto, kesempatan datang untuk melamar masuk KNIL. Pada mulanya sama sekali tidak saya kira bahwa lamaran yang saya ajukan akan merupakan anak kunci yang membuka pintu lapangan hidup yang menyenangkan.

Menurut pengakuannya, bekerja pada dinas ketentaraan Belanda dia berpangkat sersan. Tanggal 8  Maret 1942 pecah perang dunia ke 2, Soeharto pun berbelok. Identitas KNIL-nya dia sebunyikan. Dia melamar masuk polisi yang bermarkas di tangsi Patuk Yogyakarta.

“Pada suatu hari saya membaca pengumuman polisi yang menyebutkan keibuho, polisi menerima anggota baru. Mulanya saya ragu, apakah saya sudah aman dari mata Jepang. Tetapi kemudian saya memberanikan diri. Saya mendaftar,” tutur Soeharto.

Oleh  opsir Jepang, Soeharto disarankan masuk PETA bentukan Jepang, yang baru saja dibuka. Soeharto mengaku, melamar ke PETA dan diterima. Tetapi karena identias KNIL-nya disenmbunyikan maka dia diterima sebagai Shodanco, padahal sebenarnya dia bisa menjadi Heiho

Saat bergabung dengan PETA bentukan Jepang inilah Soeharto memiliki sera merasakan ada susana hati yang berbeda.  “Dalam latihan PETA ini terasa hidup patriotisme, kecintaan untuk membela tanah air,” kata dia.

Soeharto senafas dengan Raden Wijaya, menantu Kertanegara / Joko Dolog. Awalnya dia bergabung dengan tentara Tar Tar untuk menghancurkan Jaya Katwang Raja Kediri. Setelah itu, berbalik melibas prajurit dari negeri Cina demi kejayaan Singasari yang dia boyong ke Maja Pahit.  Soeharto awalnya egois, tetapi belakangan berubah menjadi  patriotis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...