Rabu, 03 Juni 2015

BENYAMIN SUDARMADI KUDA HITAM DARI MIJAHAN






Drs. R. Widi Handoko, pengamat geliat politik Gunungkidul, khusus kaitannya  dengan pemilihan bupati 9 Desember 2015 mengatakan, posisi Benyamin Sudarmadi  sampai saat ini  belum berubah. Dia tetap pada sosok kudah hitam. Karena alasan agama, Benyamin dipandang sebagai tokoh yang  memiliki nilai jual rendah. Tetapi kuda hitam dari Mijahan itu hitung-hituhgannya bisa berbahaya bagi kandidat yang lain.  

Widi Handoko yang teman sekelas Benyamin ketika menimba ilmu di SMA N I Wonosari menilai, pandangan seperti itu bisa meleset. “Saya ada bukti kongkrit, nama Benyamin Sudarmadi tetap laku dijual.   Pada saat maju sebagai calon anggot DPD tahun 2004, dia berhasil mengumpulkan suara sebesar 86 ribu lebih,” paparnya melalui saluran seluler, Selasa 2/6/2015.

Lelaki berperawakan kurus, warga Gunungkidul kelahiran Purbosari, yang kini tinggal di Jogja itu memiliki prediksi berbeda dengan sejumlah pengamat dan pandangan masyarakat pada umumnya. “Perolehan  86.000 suara merata di 18 kecamatan, berdasarkan analisis saya, tidak lepas dari keringat Benyamin selama ini,” tunjuknya.

Terlepas bagaimana Benyamin mendanai kegiatan sosial, realita lapangan menunjukan, tanpa pretensi ingin jadi penguasa, sejak tahun 2000 hingga saat ini dia terus melakukan kegiatan pro rakyat. Widi menunjuk sunatan masal setiap tahun berbarengan dengan momentum hari Raya Idul Fitri. Bedah rumah, kata Widi, juga dilakukan di berbagai kecamatan.


“Saya bukan pendukung Benyamin, saya sebatas teman. Lebih dari itu Saya tidak punya hak pilih di Gunungkidul. Saya hanya menyajikan realita. Mengudahitamkan Benyamin Sudarmadi, orang bisa terbelalak,” simpulnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...