Belum turunya rekomendasi dari sebagian besar DPP
Partai Politik, terkait dengan siapa yang bakal memperoleh surat sakti untuk
bertarung pada pemilihan bupati Gunungkidul 9 Desember 2015, menjadi
perbincangan serius, baik itu kalangan politisi, pengamat maupun para bakal
calon.
Ari Siswanto, dari Partai Keadilan Sejahtera
(PKS), dalam hubungannya dengan pergolakan arus bawah menggambarkan, tokoh politik
dareah sedang berjuang habis-habisan mempersiapkan bakal calon bupati. Perjuangan
itu dia beri istilah airmata politik (kerja keras tanpa kenal lelah) “Tetapi belum
tentu, tokoh pilihan yang diajukan itu disetujui DPP selaku induk partai yang
berkedudukan di Jakarta,” ungkapnya, Senin 1/6/2015.
Sepikiran dengan Ari Siswanto, Untung Basuki aktifis mahasiswa 1977 mengatakan, terkait rekomendasi, pendatang baru Jangkung
Sujarwadi adalah politisi yang dianggap paling ketar-ketir. “Kalau sekarang dia
kerja keras keliling 18 kecamatan di Gunungkidul, belum bisa dipastikan
Megawati Soekarno Putri akan menjatuhkan rekomendasi ke dia,” ujarnya.
Untung Basuki beralasan, kehendak Jakarta dalam
hal ini hampir seluruh Ketua Parpol memiliki keputusan yang acap kali berbeda
dengan kemauan arus bawah. Untung mengistilahkan, Jakarta selalu memanfaatkan politik mata air (sumber berupa power personal
serta dana).
“Realitasnya Megawati boleh, dan sangat berkuasa
untuk menentukan kepada siapa surat rekomendasi itu diberikan. Ada kabar, Sri
Sultan ke X (penguasa Jogja) bertemu 4 mata dengan Mega. Beruntung kalau
Jangkung direkomendasi menjadi balon wakil bupati,” Lalu siapa balon bupatinya?
Yang paling tahu adalah Mega,” papar Untung.
Terpisah, Budi Utama mantan Ketua DPC PDIP
menimpali, “Konsep politik mata air, itu dilakukan
oleh semua parpol. Mata air atau sumber yang berwujud power (pengaruh) juga
dana itu penting.
“Dalam berpolitik tidak ada hal yang gratis. Kalau
sebuah partai membuka pendaftaran dengan cara bebas bea adalah betul, bahwa yang
gratis daftarnya. Tetapi, apa ada parpol tanpa beaya operasional bisa jalan,”
tanya Budi Utomo.
Budi Utama
sepaham dengan Untung Basuki, bahwa kekuasaan DPP dari parpol apa pun
adalah segala-galanya. “Sebab itu saya tenang-tenang saja. Tiwas motang-manting, kalau rekomendasi DPP PDIP tidak seperti yang diharapkan, itu namanya
ketiban jatah air mata.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda