Miftah Maulana Habiburrahman, S.Pd. lebih dikenal dengan Gus Miftah lahir 5 Agustus 1981. Dia adalah mubalig dan pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta.
Keturunan ke-9 Kiai Muhammad Ageng Besari, pendiri Pesantren Tegalsari Ponorogo ini diundang ceramah ke Istana Negara. Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto dibuatnya terpingkal-pingkal.
Materi ceramahnya ihwal hikmah berpuasa. Biasa, materi seberat itu dia bawakan dengan gaya khas, banyak gurauan dan contoh sederhana.
Puasa sebagaimana firman Allah SWT adalah wajib, "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," Al-Baqarah: Ayat 183.
Tujuan berpuasa oleh Gus Miftah formulasinya diubah supaya manusia menjadi sakti.
Contoh, demikian dia bilang, ular setelah makan, selama sebulan dia berpuasa. Maka Allah SWT memberinya kesaktian berupa upas atau bisa. Siapapun yang digigit ular pasti kesakitan atau bahkan mati.
Beda dengan kambing. Tiap hari kerjanya makan melulu. Sebab itu kambing tidak punya kesaktian. Mana ada orang meninggal karena digigit kambing?
Gus Miftah juga bertanya, mengapa orang puasa mulutnya berbau Pak Presiden.
Pertanyaan tersebut dia jawab, orang puasa sebaiknya banyak diam. Tidak usah banyak ngomong. Tidak usah mbuly orang ke sana kemari, supaya sakti, supaya hebat seperti malaikat yang doanya selalu dikabulkan Allah SWT. Kehebatan orang berpuasa dia bakal menjadi penghuni surga.
Mentang-mentang berpuasa lali takbir Allahu Akbar, untuk kepentingan membubarkan restoran yang buka di siang hari.
Murah amat takbir dikumandangkan hanya untuk menutup warung makan.
Kalau ada restoran buka, teriakan saya lain,"Traktir....." kata Gus Miftah, Prabowo senyum-senyum, Jokowi Terpingkal-pingkal.
Orang puasa, kata Gus Miftah, tidak perlu dihormati, karena berpuasa membuat orang menjadi terhormat.
(Bambang Wahyu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda