Ketua Dewan Kebudayan CB Supriyanto mengatakan, untuk lingkup DIY Gunungkidul merupakan satu-satunya distrik (kabupaten / kota) yang memiliki Peraturan Daerah (Perda) Tentang Pengelolaan Kebudayaan. Eloknya masih saja ada kebudayaan cantik yang tidak disentuh atau malah diremehkan.
"Perda Tentang Pengelolaan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2022 ditandatangani Bupati Sunaryanta bersama DPRD tanggal 18 Agustus tahun 2022," ucap CB Supriyanto, 1-4-2023.
Untuk melaksanakan Perda Nomor 4 tahun 2022 menurut CB Supriyanto juga telah diterbitkan Peraturan Bupati Nomor 81 dan 82 tahun 2022.
”Pernik-pernik kebudayaan dari alva hingga zulu oleh sebab itu boleh jadi tidak akan lepas dari perhatian pemerintah, dalam hal ini Khundha Kabudayan," tegas Ketua Dewan Kebudayaan.
Tentang obyek kebudayaan yang dirumuskan dalam Perda tersebut tercantum dalam Bab II Pasal 5 Huruf a. hingga g.
Pada huruf c. obyek kongkretnya adalah bahasa, yang cakupannya meliputi
tradisi lisan, ekspresi lisan, dan manuskrip.
"Tetapi obyek kebudayaan, seperti wangsalan belum tertangani dengan baik, padahal dari sisi dana, pihak Propinsi melalui Danais menyediakan pembiayaan lebih dari cukup," ulas CB Supriyanto.
Wangsalan itu menurutnya merupakan tradisi turur yang cantik, tidak kalah dengan pantun dalam kebudayaan Melayu.
"Karena orang Jawa tidak peduli pada budayanya, maka wangsalan menjadi tidak dikenal oleh masyarakat," ujar CB Supriyanto.
Dikonfirmasi terpisah Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Gunungkidul Heri Nugroho mebanggapi, tidak khawatir dengan tidak / belum terbinanya bahasa tutur (wangsalan) yang banyak digunakan oleh para dalang saat banyolan dalam adegan gara-gara.
"Seluruh GunungkIdul tercatat 125 dalang. Setiap bulan mereka bertemu untuk tukar kawruh, termasuk teknik mencipta wangsalan. Meski tidak dibina Kundha Kabudayan, PEPADI berusaha mandiri," terang anggota DPRD Gunungkidul empat periode itu.
Anggota PEPADI sering belajar bersama dalam menciptakan wangsalan guna menghibur dan menarik penonton.
Teknik sederhana dalam membuat wangsalan yang mereka lakukan adalah:
Pertama, menentukan isi teka-teki. Contoh:
Wong sekarat, ngenteni lepasing nyawa.
Kata kunci pernyatan di atas adalah: SEKARAT, NGENTENI, dan LEPAS.
Kedua: teknik pembuatan teka-teki harus dipilih kata yang semakna dan atau sebunyi dengan jawaban yang telah ditetapkan.
Emas murni = 24 karat, sebunyi dengan SEKARAT.
Kucing gedhe = Matengga, nengga atau semakna dengan NGENTENI
Kepet Jawa = Tepas, sebunyi dengan LEPAS.
Ketiga: konstruksi wangsalan secara utuh akhirnya berbentuk menjadi:
Emas murni, kucing gedhe, kepet jawa. Wong SEKARAT, NGENTENI LEPASING nyawa.
Pare legi = timun
Daksinarga = Gunungkidul
Panen toya = banjir
Pare legi Daksinarga panen toya
Aja gumun Gunungkidul kebanjiran
(Bambang Wahyu
Wah, sae mas.
BalasHapus