Partai politik yang miskin kader dalam arti
tidak punya ‘calon pemimpin nasional’ adalah PDIP. Partai berkepala banteng ini
tidak lebih dari sekedar partai keluarga. Di dalamnya tumbuh subur kultus
individu. Apa kata Mega, itu yang dijalankan oleh para pengikut yang taqlit
buta.
Munas, adalah kudung paling aman untuk mendewakan Mega. Di
tubuh PDIP subur adagium, tidak ada orang ampuh selain Megawati. Meski
realitanya, Megawati Sukarno Putri
itu sangat kurang beruntung, untuk tak menyebut bernasib buruk.
Tanpa Abdulrahman Wahid (Gus Dur), lebih kongretnya, tanpa peran palu Amin Rais, mustahil
dia menduduki kursi istna. Setelah itu,
dua kali jago presiden: 2004 Mega-Hasym, keok oleh SBY; 2009 Mega-Prabowo
tersungkur juga ketika berhadapan dengan orang yang sama.
Tahun 2014? Pikiran Megawati telah pikun untuk tak
menyebut gemporen. Dia benar-benar capek, sehingga trimo leyeh-leyeh tidak
njago presiden, karena waktunya memang telah
lewat.
Sementara itu, PDIP terlanjur krisis kader. Mau
menjagokan Puan Maharani, so pasti tidak laku. Pramono Anung, Tjahya Kumala,
dua orang ini tidak lebih dari sekedar penebeng hidup di PDIP.
Dalam hal kaderisasi, PDIP kalah jauh dengan Golkar.
Partai berlambang beringin menggunakan strategi tebar benih. Partai Kuning,
punya kader di Demokrat, di Hanura, di Gerindra, di Nasdem.
PDIP adalah partai tertutup. Partai ini menjadi sangat
alergi demokrasi, sekaligus tidak mampu menyusupkan orang-orangnya ke rumah
lain. Yang terjadi malah sebaliknya, PDIP sangat mudah tersusupi. Pramono Anung
dan Tjaja Kumala adalah penebar paham taqlit buta. Pokoknya kata Bu Mega, harus
dipatuhi.
Terkait pesta politik 2014, Mega merasa memperoleh angin.
Ada tokoh berasal dari kota bengawan bernama Joko Widodo. Silakan bongkar arsip
organisasi PDIP, Joko Widodo yang pasti bukan kader PDIP. Tidak ada ceritanya
Joko Widodo digembleng dalam kawah PDIP.
Lelaki berbadan kurus yang wajahnya mirip Pak Dirman,
kadang cenderung glelang-gleleng mirip Obama, tidak lebih dari anak temon
(bocah temuan). Dia menjadi tokoh nasional karena dikarbit oleh media massa.
Catatan khusus: Jokowi bukan anak didik Megawati Sukarno Putri.
PDIP tinggal menunggu waktu. Begitu Megawati Sukarno
Putri tidak lagi mampu pegang kendali karena faktor usia, partai banteng ini
masuk ke ambang kehancuran. Secara internal akan terjadi rebut kekuasaan. Puan
Maharani, karena faktor keturunan, kalau keluar sebagai pemenang, akan semakin
mengukuhkan bahwa PDIP adalah partai keluarga.
Terkait dengan pilpres 2014, selama Jokokowi unggul, PDIP
dipastikan selamat. Tetapi jika Jokowi tersungkur, PDIP jelas tamat. Dan
Megawati Sukarno Putri, akan menggerutu seumur hidup.