Air manur Kedung Sono, Rahmantri demo minum |
Air tanah
dalam, jernih keluar dari lempengan batu. Letaknya di kaki Gunung Api Purba
(GAP). Di musim kering, agak surut, tetapi stabil, padahal sungai di dekatnya
total kerontang. Air tanah dalam, diyakini bisa menjadi obat. Terkait dengan
keperluan pariwisata, air tanah dalam yang macur itu lolos dari perhatian dinas
Pariwisata.
Secara teoristis, Andis M Ramdan dan kawan-kawan, dalam
kaitannya dengan ilmu pengetahuan bumi dan antariksa pernah menulis, jumlah air
tanah hanya 0,75% dari total air yang ada di bumi. Mahasiswa MIPA pada Fakultas
Sunan Gunungjati itu memaparkan, ada dua jenis air tanah: pertama air tanah
dangkal, kedua air tanah dalam.
Air tanah dangkal, menurut Andis dkk, wujud
fisiknya adalah sumur gali. Sementara air tanah dalam, berada di antara dua
lapisan batuan yang kedap air, yang poluper disebut dengan akuifer tertekan.
Air tanah dalam, bisa memancar keluar dari akuifer
secara alami melalui dua cara. Pertama,
melaui sumur artesis yang terbentuk. Artinya, akuifer yang berada di antara dua
lapisan batuan kedap air, mempunyai kemiringan,
sehingga air mengalir ke bawah karena gravitasi. Yang kedua Kalau tidak lewat
sumur artesis, pastinya melalui retakan batu yang menyundul lapisan kedap air. Lewat retakan itu
air memancar ke luar.
Tepian sungai Bobung, Desa Putat, Keamatan Patuk,
Gunungkidul, ada air memancar ke luar melalui retakan batu hitam, sesuai teori
yang dipaparkan Andis dkk. “Debit air memang belum pernah diukur, tetapi di
musim kemarau, air itu terus memancar jernih,” Kata Rahmantri Yusufi (43) tokoh pemuda, yang
rumah tinggalnya berjarak 100 m dari air mancur itu.
Pancuran Kedung Sono (PKS), demikian warga dusun Bobung
menyebutnya, berada peris di 5 km arah selatan dari puncak GAP. Diduga, sumber
air tanah dalam itu berkaitan erat dengan GAP. “Saya, besrsama kelompok
Karangtaruna, melakukan pembenahan lingkungan PKS,” kata Rahmantri, saat berbincang dengan
wartawan di lokasi, Sabtu siang 15/2/2014.
Dalam waktu dekat, potensi PKS akan dilaporkan ke
dinas Pariwisata Gunungkidul, guna memperoleh dana untuk penataan lingkungan.
Menurut Rahmantri, PKS tetap memancurkan air jernih, meski sungai yang melewati
tebing itu kering di musim kemarau.
Tanpa ragu, Rahmantri mendemonstrasikan meminum
langsung air mancur itu. Menurutnya, banyak yang memanfaatkan air PKS untuk
keperluan pengobatan. Untuk menyembukan penyakit apa, dia tidak menjelaskan.
Berjarak 10 m dari PKS ada sumber
lain. Warga setempat menyebut dengan istilah lokal ‘belik’. Mandi di belik,
meski menghabiskan 1 sabun, kulit tetap berasa licin. Begitu ‘cuci bilas’ dengan
air PKS, kulit menjadi ‘kesat’.