Gita Irawan Wiryawan. Ft Liputan 6 |
Surat pengunduran diri Gita telah
distujui SBY. Terhitung sejak Sabtu, 1 Feruari 2014, Gita tidak ngantor lagi di
Kemendag. Dia bersama Timses, berjuang habis-habisan untuk merebut kursi
Istana. Terkait dengan hal pengunduran diri itu, tak urung sorotan tajam
mengarah kepadanya.
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI,
Firman Subagyo, sebgaimana dilansir Tribunnews.com, Kamis 30/1/2014, meminta
aparat penegak hukum mengusut tuntas dan
menindak tegas pelaku beras impor ilegal dari Vietnam.
Menurut Firman, Menteri Pertanian
Suswono, oleh DPR telah dimintai tanggapan. Firman menuturkan, Suswono tegas menjawab,
tidak mengeluarkan rekomendasi beras
impor termasuk beras jenis medium. Di depan Dewan, Suswono mengtakan, stok beras
2 juta ton, cukup aman.
Dalam carut marut beras vietnam, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan
harus bertanggungjawab. Pasalnya, 58 importir menerima SPI dari Kemendag.
Realita importasi terjadi 83 kali dengan total impor sebanyak 19.600 ton. Dan beras
Vietnam yang diimpor itu memiliki spesifikasi medium, jenis beras yang
sebenarnya hanya boleh diimpor oleh Perum Bulog.
Dua hari sebelum mundur dari jabatan
mentri perdagangan, Di depan wakil rakyat, Rabu, 29/1/2014, Gita menyanggupi akan
menelusuri kasus beras ilegal dari Vietnam 19.600 ton yang masuk ke pasar
Indonesia. Diakui, pihaknya memang mengeluarkan izin impor beras tipe khusus tetapi
itu sesuai rekomendasi Kementerian Pertanian. "Kita dalami kalau kita
temukan beras dengan spek beda dengan izin yang kita keluarkan, kalau perlu
kita cabut (izin impornya)," kata Gita, sebagaimana dikutip Tribunnew.com.
Mencermati perilaku Gita, ada
beberapa catatan yang perlu disimak. Pertama: bagaimana Gita Wiryawan bisa mengusut importir beras
Vietnam, sementara mulai Sabtu, 1/2/2014, Kemendag dikendalikan oleh Wakil
Menteri Perdagangan Bayu Krinamurthi.
Memangku jabatan mentri saja mundur, kenapa malah
merangkak-rangkak meraih kursi Istana? Ini catatan kedua. Tanggungjawab sekelas
mentri ditinggalkan, mencari beban lebih. Apa ini bukan ambisi yang berlebihan?
Meniru gaya SBY? Keluar dari Kabinet Gotongroyong, demi bertarung di pilpres?
Pengunduran dirinya tidak ada
muatan? "Nothing to lose (tulus)?" Ini catatan
ketiga. Gita pikir, pertarungan pilpres
itu hanya sekelas pilihan kepala Desa. Gita terlalu PeDe (percaya diri).
Padahal PD (Partai Demokrat) reot dab terancam masuk ‘neraka politik’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda