Partai Demokrat
(PD) menduduki peringkat 3, sebagai partai terkorup di Indonesia.
Terang-terangan hal itu diakui oleh Paduka Yang Mulia, Ketua Umum PD,
Susilo Bambang Sudhoyono (SBY). Kader PD dihimbau tidak perlu malu
terjun ke masyarakat guna menjelaskan sejumlah keberhasilan pembangunan yang dicapai PD. SBY, nahkoda yang kini mengemudikan PD tiba-tiba pikun. Ini sebuah isyarat, PD bakal kandas.
Fakta yang diperoleh
dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), ternyata PD hanya menempati
peringkat ketiga dari parpol yang memiliki kader terlibat kasus hukum,
kata SBY, di depan caleg PD, di Medan, 24/1/2014, seperti dikutip
REPUBLIKA.CO.
Dengan gayanya yang
khas (menuding sembari sesekali menebak dadak) SBY meminta seluruh kader
berani dan mampu menjelaskan kepada rakyat tentang pencapaian dan
keberhasilan PD dalam
pemerintahan. SBY menyebut contoh, program pemberian dana bantuan
operasional sekolah (BOS), dana sertifikasi guru, beasiswa, jamkesmas,
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), PNPM, hingga Kredit Usaha
Rakyat (KUR) untuk UKM. Itu semua adalah program pro rakyat produk kader
PD yang ada di pemerinthan.
Menakar usia PD, barulah sekitar 12 tahun lebihnya 4 bulan. Pada Februari 2014, merangkak ke 5 bulan, terhitung dari berdirinya 9 September 2001. Pun hemat saya, usia SBY belum setua Soeharto bapaknya Tutut Almarhum, tetapi daya pikirnya telah jauh terdegradasi.
Pengakuan dan himbauan SBY menunjukkan bahwa PD adalah partai inferior. Keyakinan SBY bahwa PD bakal menang lagi di pemilu 2014, adalah bentuk lain dari jiwa yang sok
dan cemas. Saya melihat SBY sedang gusar, karena tak satu pun kadernya
berani nongol di layar kaca melakukan gembor-gembor terkait dengan
pemenangan pileg 2014.
Belun tua, SBY
mendadak mudah LUPA. Yang dia sebut sebagai program pro-yakyat itu
adalah muatan yang ada di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan
Panjang Nasional (RPJMP-Nas). Dulu di jaman Soeharto sebutannya Garis
Besar Haluan Negara (GBHN).
Tatkala SBY klaim
atas seabreg yang dia sebut di depan adalah karya kader PD di
pemerintahan adalah sangat berlebihan. Dan ketika ada parpol lain juga
bertindak sama dengan SBY (mengklaim itu karya mereka) adalah partai ‘dungu’.
Di lapangan, pada
musim kampanye pemilu 2014, tak seorangpun dari caleg PD, berani berkata
seperti yang diintruksikan SBY di Medan. Belum buka mulut, mereka
keburu dibungkam oleh fakta, banyaknya politisi PD yang bergelimpangan sebagai terpidana, dan tersangka.
SBY adalah
jendral biru, dia bukan jendral merah. SBY bukan seorang agitator, dia
tidak bakalan mampu membakar semangat kadernya untuk bangkit dari
keterpurukan. Aneh, partainya terbelit hukum pada peringkat 3 setelah
Golkar dan PDIP, tetapi SBY mengajak pada kadernya untuk TIDAK MALU.
SBY menulis buku Selalu Ada Pilihan (SAP). Saya menulis artikel pendek, Sudah Tidak Ada Pilihan (STAP). Apa yang mau saya pilih? Siapa yang mau saya pilih? Terus terang, saya tidak malu, untuk tidak melilih. Maaf salah: saya memilih berkebun singkong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda