anak dipaksa bapak. foto rahasiakancom |
Saya mencatat, setidaknya
ada tiga keunikan dalam agenda Pilgub DKI Jakarta tahun 2017. Ambisi yang
ambisius mewarnai wajah para botoh nasional, seperti Mega, SBY, dan Prabowo. Di
alam demokrasi hal seperti itu adalah sah.
Keunikan pertama, nama semua
calon Gubernur baik panggilan maupun nama asli berinisial A. Boleh dilihat: Ahok,
Agus, Anies. Dalam dunia akademis, A merupakan nilai tertinggi. Inini bisa
dimaknai, semua calon nilainya ‘baik’.
Keunikan kedua, masing-masing
pengusung berkehendak menguasai DKI Jakarta, sebelum akhirnya masuk menguasai
pintu Istana Negara. Kursi Gubernur dijadikan batu lompatan, seperti ingin
menduplikasi Jokowi dalam ajang pilpres tahun lalu.
Keunikan ketiga, masing-masing
botoh memajukan jago dilatarbelakangi sejumput ketidakikhlasan. Mega tak nyaman
kalau presiden 2019 dari kalangan militer. Maunya dia, Indonesia berada di
tangan rezim sipil.
SBY sebaliknya, tentara
masih patut memimpin negeri ini melalui tangan yang diberi pakaian sipil. Ini menarik
untuk diulas, Terbukti, SBY telah
memutar jarum jam ke arah belakang.
Pabowo beda lagi, dia masih
punya ambisi menjadi presiden, karena 2019 adalah ‘last minute’ untuk jabatan yang dimimpikan cukup
lama. Kalau gagal, di pilkada DKI Jakarta, pupus semua harapan.
Yang paling menarik
dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 adalah
kebijakan pribadi SBY. Keputusan itu diturunkan ke Agus Harimurti Yudhoyono
putra sulungnya. SBY mengulang keputusan yang diambil 11 Maret tahun 2004, dia
mundur dari jabatan Menko Polkam. Hati kecilnya, dia berniat menundukkan
Megawati Soekarno Putri pada pilpres 2004. Realitasnya SBY berhasil, bahkan
sempat duduk di Istana Negara dua periode 20 Oktober 2004 hingga hingga 20
Oktober 2014.
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)
dipaksa mengikuti jejaknya, keluar dari jajaran TNI AD berpangkat mayor, untuk
bertarung di Pilgub DKI Jakarta. SBY dalam hal ini terlalu nekad memutar jarum
jam ke belakang.
SBY begitu yakin si anak sulung
bisa seperti dirinya melumat habis impian Mega-Prabowo di tahun 2009.
Saya menangkap, AHY maju
namun berat meninggalkan TNI AD. Pidato pamitannya terpatah-patah itu sekelumit
bukti, bahwa AHY tak ada niat, tetapi dipaksa SBY. Wah, tambah umur tambah heboh.