GUNUNGKIDUL, Minggu Pahing, 31 Mei 2020 - Corona dianggap sebagai bencana non-alam. Ini sebuah cara pandang yang aneh, tetapi karena pelontarnya adalah pucuk pimpinan negara, tidak satu orang pun berani mengkritisi dan meluruskan.
Corona, tak beda dengan ciptaan lain, seperti cacing, air, udara, api, gunung dan sebagainya.
Gunung meletus, dampak kerusakan fisik dan kejiwaan cukup dahsyat. Corona juga tak kalah hebat, bahkan lebih dahsyat meski makhluk ini adalah ciptaan yang tidak kasat mata. Corona sangat tetasa terus menghajar dunia. Mengapa?
Substansi gunung dan virus corona dan seluruh yang ada di langit dan di bumi adalah sama-sama sebagai subyek yang diciptakan melalui formula Kun fa yakuun.
"Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, Jadilah! Maka jadilah sesuatu itu." (QS. Ya-Sin 36: Ayat 82)
Gunung meletus dan Corona adalah sama-sama merupakan bencana alam. Keduanya adalah prosesi tasbih (memuji) atau menjunjung tinggi titah Yang Maha Pemberi Titah.
Upaya lahiriah yang dilakukan selama ini, dengan protokol yang macam-macam itu, adalah sesaji yang irasional.
Corona tidak menuntut agar manusia pasang pembatas super ketat. Dia justru menghendaki keakraban yang lemah lembut dalam koridor kemanusiaan.
Corona menghendaki, manusia berjabat erat menyatu dengan alam, bertasbih, rukuk serta mengelukan keagungan-Nya.
Corona sangat menyadari, bahwa kehadirannya di jagat raya akan mebuat semua orang takut mati. Sampai terjadi peristiwa, orang mati pun sangat ditakuti seperti, bahkan melebihi Corona itu sendiri.
Dalam prespektif kebencaan, Gunung meletus dan Corona adalah sama-sama taat perintah. Mereka ditugasi mencubit sekelompok manusia yang lalai.
Manusia, rupanya lupa, bahwa mereka sedang diperingatkan, sehingga secara metodologis, mereka salah dalam mengambil keputusan dalam menyekesaikan ujian.
Menamai Corona sebagai bencana non-alam saja sudah tidak tepat. Memang Corona itu bukan bagian dari alam?
Tetapi ketika Presiden Jokowi berubah pikiran, bahwa manusia harus berdamai dengan Corona, sebagian besar orang justru menolak. Sebagian besar tokoh berteriak, "Lawan, Corona."
Pertanyaan sederhana, memang para tokoh itu ada kekuatan untuk melawan Corona, yang dikawal langsung oleh kehendak Tuhan?
Presiden Jokowi melonggarkan PSBB, sesungguhnya dia berada di jalan yang benar. Para tokoh itu saja yang tertinggal jauh dari apa yang sedang dipikirkan Jokowi.
Bambang Wahyu Wisayadi