Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) seperti dikutip Lester R. Brown, memprediksi bahwa penduduk dunia hingga abad 21 akan mencapai angka 10 miliar jiwa. Dipersempit dalam konteks Indonesia, pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan menimbulkan goncangan di bidang pendidikan, kesehatan serta ketenagakerjaan.
Pada
era kekuasaan Soeharto. kampanye dua anak cukup, dianggap berhasil menahan laju
pertumbuhan penduduk. Efek domino dari gerakan Apsari (Akseptor Lestari) dalam kelurga
berencana (KB), meski tidak dalam porsi memuaskan semua pihak, tingkat
kesejahteraan individu terlihat nyata pada naiknya daya beli.
Pada
duapuluh tahun usia reformasi, program
KB tidak terdengar kabar ceritanya. Menjadi
tidak mengherankan bila Pemerintahan Jokowi disibukkan oleh pekerjaan besar
menyelesaikan problem pendidikan, kesehatan, pengentasan warga miskin dan
ketenagakerjaan.
Belakangan,
bertepatan dengan hari buruh internasional 1 Mei 2018, Pemerintahan Jokowi
didesak menyelesaikan angka pengangguran yang jumlahnya nyaris mencapai 15 juta
orang.
Celakanya,
Jokowi dengan Nawa Citanya, tidak secara eksplisit menangani pertumbuhan
penduduk di Indonesia. Sementara sejarah menunjukkan satu bayi lahir, memimjam
pikiran Laster Brown, membutukan cadangan tempat tinggal, makanan, energi,
kesehatan, pendidikan, peluang kerja dan yang lain.
Melacak
sejarah, tiga tahun sebelum Dekrit 5 Juli 1959, dalam pidato bertajuk Res
Republica 1956, Bung Karno mencatat penduduk Indonesia berjumlah 65 juta jiwa.
Dari
1956 ke 2018 (62) tahun penduduk Indonesia berubah menjadi 261,890 juta jiwa. Dihitung
rata-rata kenaikan per tahun sebesar 3.161.290 jiwa.
Pertambuhan
penduduk Indonesia yang demikian pesat, secara nyata mengancam keseimbangan
planet bumi, faktanya lolos dari penglihatan Jokowi. Itu sebabnya dia terkena
dampak. Jokowi menghadapi kritik pedas dari lawan-lawan politik seperti
Gerindra, PKS dan PAN.
Jokowi
menerima dampak dari pemerintahan sebelumnya, karena Habibie, Gus Dur,
Megawati, dan SBY, tidak mengurus pertumbuhan penduduk dengan cermat.
Bambang
Wahyu Widayadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda