Selasa, 22 Mei 2018

TUJUHPULUH TIGA TAHUN, FILOSOFI IBU NEGARA DIPERLEMAH

fatmawati

Istri Presiden disebut juga sebagai Ibu Negara. Peran penting yang dimainkan, terutama di awal menjelang kemerdekaan sangat dominan. Ibu Negara Fatmawati, istri Soekarno, menjahit Sang Saka bisa ditafsirkan sebagai isyarat zaman. Ini sebuah simbol, bahwa Ibu Negara harus melindungi seluruh Anak Negara. Setelah Fatmawati, tangan filosofis itu memudar, melemah, atau bahkan diperlemah. Bendesa Pusaka  jahitan Fatmawati tidak lagi bisa dikibarkan. Yang tegar setiap 17 Agustus, adalah duplikat. Sementara terkait roh filosofi Ibu Negara, tidak pernah diduplikasi.


Dewasa ini (2018), Ibu Negara punya kewajiban melindungi 261 juta Anak Negara. Tugas tersebut merupkan konsekuensi logis dari fitroh perempuan. Fakta biologis, setiap perempuan ditakdirkan melindungi janin selama 9 bulan sepuluh hari.


Begitu generasi mungil lahir ke dunia, seorang ibu, tanpa batas mengemban kewajiban menjaga, sampai dia bisa berfikir dewasa. Karena alasan kesibukan, urusan menjaga bayi diserahkan kepada pihak lain.


Di Indonesia, karena alasan yang tidak pernah bisa dipahami,  Ibu Negara menyerahkan 261 juta Anak Negara kepada agen yang tidak pernah diketahui identitasnya.


Anak Negara yang diterlantarkan oleh Ibu Negara, muncul   resiko tragis dalam berbagai bentuk.   Ada yang terlilit oleh jebakan narkoba dan miras. Ada yang memilih menjadi teroris. Banyak pula yang meniti jalan menuju Suka Miskin karena terbukti menjadi koruptor.


Pengertian Ibu Negara harus diperluas, tidak sebatas hanya istri Presiden. Sebut saja mulai dari istri Wakil Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati / Walikota,   Kepala Desa / Lurah, hingga istri anggota DPR, Tentara, Polisi dan yang lain. Pendek kata, setiap perempuan Indonesia adalah Ibu Negara. Mereka memiliki peran sentral menjaga anak negara melalui jejaring perempuan sesuai jalur masing-masing.


Ibu Negara, dalam pengertian yang diperluas seperti di atas  memiliki kekuatan besar dalam menumpas narkoba, melawan teror, menghentikan korupsi. Tiga penyakit masyarakat, bisa ditanggulangi tidak hanya secara parsial (sepotong-sepotong) tetapi secara holistik (menyeluruh).


Kegiatan Ibu Negara, dengan demikian tidak harus mengekor suami. Secara otonom, Ibu Negara boleh merencanakan sekaligus melaksanakan program melindungi seluruh anak negara.     


Ibu Fatmawati telah memulai dengan menjshit Bendera Pusaka. Perempuan Indonesia, tidak ada alasan untuk tidak melanjutkan buah karya dan pikiran Fatmawati.


Bambang Wahyu Widayadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...