Diam-diam Jokowi mengcopy pate dua formula yang dilakukan Cina. Pertama pembangunan besar-besaran tol darat, kedua tol laut. Terobosan yang baru, Jokowi mengambil kebijakan lompatan belalang.
Tidak
banyak diungkap media, pembangunan tol darat dan tol laut yang dikerjakan
Jokowi selama 2014-2019 tidak jauh berbeda dengan strategi bisnis yang
dilakukan Cina.
“Untuk
menjalin dengan dunia luar, Cina menempuh dua jalan yaitu melalui darat yang
disebut jalur sutra, dan jalan laut yang disebut jalur lada,” dikutip dari
Formula Bisnis Negara Cina, halaman 7.
RRC,
menurut Hadi Soesastro, dalam satu artikel yang ditulis di Harian Kompas 31 Mei
2004, meraih keberhasilan yang spektakuler.
“Luar
biasa, Cina mampu mengangkat 200 juta warganya keluar dari garis kemiskinan,
karena pertumbuhan ekonominya yang sangat pesat,” kata Hadi Soesastro.
Sebagaimana
diketahui, bahwa total penduduk Cina saat ini 1,3 miliar jiwa. Penduduk Indonesia akhir
tahun 2017 berjumlah 261,890 juta jiwa, dengan warga kategori di bawah garis
kemiskinan 27 juta jiwa.
Pada
tahun yang sama Badan Pusat Statstik
membeberkan, bahwa angka penganggguran terbuka terjadi kenaikan.
Pada
bulan Februari 2017 tercatat 5,33% atau 13.911.300 penanggur, pada bulan
Agustus tahun yang sama naik menjadi 5,50% atau 14.500.000 penganggur.
Di
dalam Nawa Cita Jokowi bertekad membuka kesempatan kerja bagi 10 juta
penganggur. Ini pertanda baik, bahwa angka penganguuran bakal turun drastis.
Pembangunan
jalan tol serta dermaga di seluruh Indonesia yang dilakukan Jokowi, mirip
dengan jalur sutra dan jalur lada yang dikerjakan Cina. Kelebihan Jokowi ada di
lompatan belalang, alias pembangunan bandara udara.
Melihat
gegapnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan, logikanya dalam hal
mengentaskan warga miskin, Pemerintah Indonesia tidak harus menunggu sampai
tahun 2050.
Cina,
dalam satu dasa warsa mampu keluar dari keterpurukan yang sangat memalukan.
Indonesia, seharusnya paling lama dua dasa warsa, sehingga tahun 2040, merah
putih berkibar di dunia, menyanyikan senandung kemajuan perekonmian bangsa.
Benarkah, ini yang kita tunggu.
Bambang
Wahyu Widayadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda