Selasa, 15 Mei 2018

POLISI DAN GEREJA DIBOM, INTELEJEN NEGARA PERGI KE MANA



WONOSARI, Sofyan Saori mantan terorist di ILC berbicara terang-terangan. Terorist sangat menyukai daerah yang sedang bergolak (berkonflik). Tidak ada konflik, kalau perlu, menurutnya harus diciptakan untuk kepentingan unjuk kekuatan. Guna meredam tingkah para terorist, rasa paseduluran perlu ditingkatkan tidak hanya dalam menghadapi ancaman dalam dari negeri. Tangan Asing pun patut diwaspadai, intelejen Negara selama ini pada pergi ke mana.


Merujuk fakta sejarah, orang asing mudah melakukan politik pecah belah lantaran Indonesia terdiri dari berbagai suku,  agama serta ras. Semakin banyak kerusuhan, pihak asing semakin mudah melakukan devide at impera.


Mencurigakan, 155 mantan terorist yang ngamuk di Mako Brimob Kelapa Dua, peledakan di 3 Gereja di Jawa Timur serta bom bunuh diri di Polrestabes Surabaya, jangan-jangan merupakan konspirasi internasional.


Rasanya, para pemodal asing tidak menyukai pemerintahan  yang dikomandani Ir. Joko Widodo. Bisa saja, menurut pengamatan mereka, tahun 2050 perekonomian Indonesia benar-benar akan bertumbuh seperti Cina. Hal itu bakal membahayakan langkah asing dalam mengeruk tambang di Indonesia.


Terlepas benar apa salah, jatuhnya Presiden Soekarno lantaran menentang Amerika dan sekutunya. Ucapan Soekarno yang dianggap berbahaya adalah go to hell whit your aid (prek dengan semua bantuanmu. Ucapan Soekarno ditiru Soeharto, selepas swasembada pangan tahun 1980-an

Joko Widodo 2019 bertarung lagi untuk meraih dua periode. Kedekatannya dengan Vietnam dan RRC, oleh Amerika, Eropa dan Jepang dianggap palang besar dalam mengeruk perut bumi Indonesia.


Teroris dalam negeri intensitasnya meningkat pada 2018 menjelang pemilu 2019. Sah diduga, ini merupakan tangan lain dari Jin Penjajah yang berlindung di jubah demokrasi.


Politik memanas amat disukai iblis yang bermukim di Amerika Eropa dan Jepang. Letupan di Mako Brimob, Gereja dan di Mapoltabes Surabaya dimanfaatkan untuk menampar kekuasaan Jokowi.


Dalam Nawa Cita8 1 item ke , Jokowi bertekad membuat Polri profesional. Realitas tak terbantah, munculnya sejumlah teror di area kepolisian, membuat Jendral Tito Karnavian  terlihat seolah menjadi tidak profesional.


Di lihat dari sudut pandang demikian perlawanan dan peledakan bom patut diduga tidak terpisah dari skenario internasioal untuk menguasai Indonesia.  


Yang harus dilawan, oleh sebab itu bukan sebatas pelaku teror dalam negeri, tetapi juga tingkah para iblis yang mengklaim dirinya adalah negara paling demokratis.


Bangsa Indonesia tidak boleh tertipu dengan gerakan kulit yang merebak di berbagai daerah. Pertanyaan sederhana, ke mana Badan Intelejen Negara bersembunyi?



Bambang Wahyu Widayadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...