Petinggi TNI, Polri dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia berkunjung ke Kabupaten Gunungkidul dalam rangka memonitoring dan dukungan pelaksanaan program vaksinasi nasional, Sabtu, 21-8-2021.
Ikuti soleram si anak manis, jangan dilewatkan peristiwa yang ditulisnya, karena enak dibaca
Sabtu, 21 Agustus 2021
DUA PULUH MENIT PEJABAT TINGGI JAKARTA TURUN GUNUNG
Petinggi TNI, Polri dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia berkunjung ke Kabupaten Gunungkidul dalam rangka memonitoring dan dukungan pelaksanaan program vaksinasi nasional, Sabtu, 21-8-2021.
Jumat, 06 Agustus 2021
GANTUNG DIRI DI GUNUNGKIDUL 13:28
Warga Gunungkidul yang memilih mati dengan cara gantung diri sejak awal Januari 2021 hingga 30 Agustus 2021 tercatat 35 pelaku. Perempuan 13, laki-laki 20 orang.
Empat belas warga jenis kelamin perempuan urut berdasarkan waktu gantung diri antara lain:
Jakinem 76, Mariyem 75, Kasminah 41, Waginem 71, Sukiyah 62, Mijem 80, Painem 78, Siti Rohani 55, Sutini 72, Karbinah 82, Catur Surati Ayu Ambarwati 22, Ranti 63, serta Sukini 56 tahun, Sukinem 76 Saptosari.
Sementara dua puluh satu pelaku jenis kelamin kaki-laki secara berurutan tercatat nama seperti:
Margiyo 77, Raji 84, Tony Putra 21, Ngadi 40, Wasito 75, Mulyono 91, Surapto 61, serta Suwarno 86, Wastono 51, Sukarman 36, Margi Wiyono 70, Karso Semito 80, Yadi Mulyono (68) warga Sawahan 5 Jatiayu, Daliyo (80) Semin, Tukimin (50) Girikarto, Narto Utomo (65) Panggang, Ngadino (53) Tepus, Kiswanto (70) Rongkop, Tugiran (53) Tanjungsari, Senen (84), Playen, Albertus Dwi Sutrisno (35) Gading Playen
Rabu, 04 Agustus 2021
JOKOWI
Lelaki itu rajin menghitung bencana gempa bumi. Kurun waktu 2008 hingga 2016 rata-rata terjadi gempa 5.000 hingga 6.000 kali dalam setahun.
ZIKIR KEBANGSAAN
Dalam menyongsong hari jadi ke-76 negara yang sedang dicengkeram pandemi Covid-19 dicanangkan idiom baru Zikir Kebangsaan.
Senin, 02 Agustus 2021
KAPTEN, ABK DAN PENUMPANG HARUS BERDAMAI
Diibaratkan kapal, Indonesia di tahun 2019-2024 sedang dinakhodai oleh Kapten lengkap dengan anak buah kapal (ABK) yang dihadang gelombang besar. Kapan gelombang itu berhenti menghantam, tergantung kekuatan angin.
Yang jelas, Nahkoda tidak akan bisa menghindar dari tanggungjawab karena layar sudah terkembang.
Sesuai konstitusi, kapal bernama Indonesia ini bakal berlabuh di dermaga kesejahteraan, tetapi kompasnya bergeser, sementara tidak kunjung dibenahi.
Para penumpang gelisah, Kapten dan ABK tidak pandai menentramkan kecemasan. Adanya sebatas kekhawatiran dan harapan, bahwa kapal ini pecah atau selamat.
Ketakutan di tengah laut itu sepertinya malah diciptakan sehingga banyak penumpang yang mabuk berat, bahkan tidak sedikit yang terlempar ke laut.
Antimo tidak lagi mampu meredakan gempuran gelombang, sementara layar sebagian besar telah sobek.
Di antara para penumpang ada yang mengusulkan bahwa Kapten segera diganti. Secara politis ekologis itu tidak bisa dan tidak mungkin.
Sampai pelabuhan atau tidak, Kapal Indonesia saat ini adalah tanggung jawab Sang Kapten, karena dia adalah Nahkoda yang dipilih secara demokratis.
Ada saran, untuk penumpang yang lain perlu memelihara keyakinan bahwa tidak akan mabuk atau terlempar ke laut, sampai Sang Kapten menyadari tanggung jawabnya.
(Bambang Wahyu Widayadi)
Minggu, 01 Agustus 2021
JOKOWI SEDANG BERDOA, TIDAK USAH DIGANGGU
Politisi PDIP Effendi Simbolon mengkritik bahwa langkah penanganan pandemi Covid-19 telah salah jalan. Menurutnya sejak awal Pemerintah harusnya berada di jalur lockdown. Jokowi menolak. Dia memilih PSBB, kemudian PPKM yang ongkosnya sebesar Rp 1000 triliun. Ini sebuah doa, seyogyanya tidak diganggu.
Di mata Effendi Simbolon hasilnya nol besar, pandemi tidak kunjung reda walau penanganannya hingga akhir 31 Juli 2021 sudah 17 bulan dengan anggaran Rp 1000 trilyun.
Berikutnya disusul pernyataan pakar epidemiologi Pandu Riono bahwa Indonesia berada dinilai berada pada jalur jebakan pandemi Covid-19.
Jokowi selaku penanggungjawab negara tidak tinggal diam. Dia beralasan, tidak melakukan lockdown karena 270 juta jiwa menjerit.
Dari sudut pandang pemikiran holistik penanganan pandemi sebenarnya sudah masuk ke dalam ranah doa yang komplit.
Sementara doa itu sesungguhnya hanya ada dua macam, satu berupa ucapan, satu yang lain berupa tindakan atau tingkah laku.
Bagus yang mana? Ya semua bagus, orang namanya doa, tentu tidak ada yang jelek.
Mustajab atau manjur yang mana antara ucapan dan tindakan? Nah kalau ini tergantung kesadaran manusia.
Persoalannya, ucapan dan perilaku itu sama-sama berupa infrastruktur. Kalau disejajarkan dengan mitos bidadari yang sedang bermandi di sebuah sedang yang kemudian diintip Joko Tarub, ucapan dan tindakan itu adalah pelangi.
Kolaborasi warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, niila, dan ungu (mijiku hi ini) itu meminjam narasi Cak Nun, merupakan tangga menuju ke langit dengan kedua tangan tengadah berharap.
Tangan Jokowi telah menengadah ke langit dengan PSBB dan PPKM. Perkara Effendi Simbolon masih bilang nol alias tidak ada hasil, itu perkara lain.
Sebagai konsekuensi logis dari pesta demokrasi 2019, faktanya Jokowi keluar sebagai pemenang, maka negeri ini de facto de jure adalah tanggung jawab Jokowi.
Pandemi Covid-19 menjadi resiko politik yang harus dipikul Jokowi.
Doa yang Jokowi lakukan hasilnya sedang dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Optimal dikabulkan atau tidak, secara personal yang tahu hanya Jokowi dan Tuhan ke mana Jokowi memohon.
Sebaiknya rakyat tidak perlu menambah masalah dengan merecoki upaya yang sedang dilakukan Jokowi. Biarkan dia berdoa dengan ucapan dan tindakan.
Ada keraguan besar, dia terlipih yang kedua kalinya tahun 2019, kemudian ada pandemi namanya Covid-19. Apa angka 19 ini sebuah kebetulan?
(Bambang Wahyu Widayadi)
Kamis, 29 Juli 2021
PEMILIHAN LURAH PENGKOL OKTOBER TIDAK TERGANGGU
Pemerintah Kabupaten Gunungkudul tanggal 30 Oktober 2021 melaksanakan pilihan lurah serentak sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Hingga masa PPKM Darurat 29 Juli 2021, pemilihan lurah telah memasuki tahap penyusunan draf tata tertib serta rancangan anggaran biaya pemilihan.
Karena sembilan anggota Badan Permusyawaratan Kalurahan Desa Pengkol, Kapanewon Nglipar menyatakan mengundurkan diri pada tanggal 16 Juli 2022, dimungkinkan penanganan penyusunan draf Tatib dan RAB untuk pemilihan lurah di desa Pengkol terganggu.
"Meski seluruh anggota Bamuskal Desa Pengkol menyatakan mudur, Surat Keputusan Bupati belum turun. Jadi Ketua bersama anggot masih mempunyai tanggungjawab penuh," ujar Sukanto, Penewu Nglipar di ruang kerjanya," 29-7-2021.
Tidak berbeda jauh dengan penjelasan Kriswanto, S. STP. MM Kepala Seksi Bina Administrasi Pemerintahan Desa (BAPD) Kantor DP3AKBPMD Gunungkidul.
"Bamuskal secara resmi berhenti setelah ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Menurut info yang kami terima, Bamuskal Desa Pengkol masih bersedia melaksanakan tugas sambil menunggu proses pemberhentian mereka" ujar Kriswanto, yang ditemui secara terpisah.
Sumarno, Ketua BP-KAL saat dikonfirmasi tentang sejauh mana penyiapan Tatib dan RAB pemilihan lurah Desa Pengkol belum berkomentar apa pun.
(Bambang Wahyu Widayadi)
MENGAPA HARUS MENGELUH
Selama 18 bulan dikurung pandemi sejak Maret 2020 hingga 29 Juli 2021, ada dua rasa menghantui warga dunia yaitu rasa takut dan rasa sedih.
Minggu, 25 Juli 2021
TAK ADA ANGIN CEMBURU
Seluruh dunia telah terkepung Covid-19. Negeri Jamrut Katulistiwa mendekati parah. Pemerintahannya semi otoriter, kebijakan sering berganti dan selalu berubah haluan.
Sementara negeri antah berantah, negeri tanpa nama, negeri tanpa penguasa, negeri tanpa polisi, dan negeri tanpa tentara aman-aman saja.
Sosialitas, mobilitas juga aktifitas berjalan normal, seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
Di negeri itu angin bertiup mendahului semua, sebelum bumi basah dan menerbitkan hijau dan kuningnya kembang sewangi kenanga.
Kaki lebah memanjati tak satu ranting patah, tak satu bunga melamun di sela jejari yang nakal menguras tepung sari.
Penduduknya rata-rata berkepala dingin tak bakal mengusik apalagi bertanya mengapa awan meninggi melahirkan butiran-butiran salju.
Penduduk negeri itu menganggap biasa sebagai tradisi bocah yang girang berbasah kuyub karena seharian dia kepanasan tanpa baju.
Penduduk dewasa menggali jejak tumit membuat seperti lorong menyeret air jauh ke perut bumi.
Dahaga para nelayan lepas, perahu bernyanyi di samping siulan camar, di sebelah cuitan ikan gindara yang ramah.
Di negeri itu tidak ada angin cemburu karena banyak hidung yang sombong menampiknya kemudian merangkul tabung oksigen yang harganya melampaui langit.
Di negeri itu tidak ada orang sakit. Mengapa? Karena hati mereka tenang bersama angin melandai.
Putat, 25-7-2021
Sabtu, 24 Juli 2021
MANUSIA MAKHLUK YANG LEMAH
Semua kekuatan itu milik Allah (Al Baqarah 165). Manusia hanya dipinjami untuk menggunakan sesuai izin. Manusia tidak diberi kewenangan menentukan keberhasilan.
Manusia itu adalah makhluk lemah tak berkekuatan, sepanjang tidak diijinkan memilikinya. Berhadapan dengan makhluk sekecil Covid-19 saja sudah kelimpungan. Silakan dibantah, jika memang ada argumen memadai.
Manusia memang diberi hak untuk berusaha supaya bisa keluar dari azab Covid-19, tetapi dia tidak diberi kewenangan untuk menentukan kapan bisa keluar dari azab tersebut.
Upaya manusia bisa bermacam-macam. Bisa dengan menambah uang sebesar Rp 55,21 trilyun untuk bantuan sosial.
Bisa melalui percepatan rahihan target 181 juta penduduk selesai tervaksin. Tetapi manusia tidak diberi kekuatan menjamin, bahwa setelah 80% penduduk Indonesia tervaksin kemudian mengklaim bahwa Covid-19 hilang.
Bisa juga menggunakan teknik lain, seperti: 1. Mengenakan masker. 2. Mencuci kedua tangan. 3. Menjaga jarak. 4. Menjauhi kerumunan. 5. Membatasi mobilitas.
Setelah melakukan 5 M bukan berarti bahwa manusia menjadi gagah tidak mempan diserang Covid-19, bukan begitu.
Persoalannya apa, karena kegagahan itu adalah milik Allah, yang melekat pada Asmaul Husna Al Jabar atau yang memiliki kegagahan mutlak.
Itu sebabnya, MH Ainun Nadjib (Cak Nun) menyatakan, bahwa ikhtiar itu adalah tangga yang dimanfaatkan oleh manusia untuk meraih kekuatan Allah dalam menghadapi (bukan melawan) Covid-19. Manusia tidak akan sanggup melawan makhluk sekecil Covid-19.
La terus piye? Satu: manusia banyak membaca ayat suci Al Qur'an. Dua manusia harus menyebarkan ayat itu walau hanya sedikit. Tiga, manusia harus selalu bersyukur dalam posisi sempit dan lapang. Dengan begitu maka jiwa manusia menjadi tenang.
Di Indonesia ada berbagai macam agama, terus? Tidak ada masalah. Bisa dilakukan sesuai ajaran masing- asing.
Dan doa itu pun merupakan tangga untuk mendekat ke Tuhan Yang Maha Esa. Dikabulkan atau sebaliknya itu hak prerogatif Allah Subhana wa Ta'ala.
(Bambang Wahyu Widayadi)
BUPATI SUNARYANTA HARUS BERANI GEBRAK TANGKI
Slamet, S.Pd. MM, Ketua Sabuk Merah menilai, bahwa anggaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul untuk lima tahun terakhir tidak ada penurunan. Kepala Pelaksana BPBD Edy Basuki, S.IP, M.Si. menjawab secara normatif.
Ketika politisi Gerindra itu membuka dokumen Daerah, dia menemukan data anggaran tahun 2016 (Rp 650 juta) 2017 (Rp 600 juta), 2018 (Rp 638 juta), 2019 (Rp 530 juta), 2020 (Rp 740 juta) dan tahun 2021 sebesar (Rp 700 juta).
"Dipikir secara sederhana, anggaran untuk droping air logikanya per tahun itu harusnya turun," ujar Slamet di Nglebak, Katongan, Nglipar, Gunungkidul, 23-7-2021.
Menurutnya, pembangunan fasilitas air bersih itu pasti selalu bertambah, baik yang dibangun oleh Pemerintah melalui PDAM Tirta Handayani, CSR, maupun perorangan.
"Mengapa anggaran tidak turun? Ini Bupati Sunaryanta mesti berani melakukan gebrakan. Fakta seperti itu tidak boleh dibiarkan," tegasnya.
Dalam kesempatan menjawab pertanyaan media, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Edy Basuki mengungkapkan, bahwa sebagian besar wilayah Gunungkidul memang terdampak kekeringan.
Dari 18 Kapanewon, kata Edy Basuki, hanya ada dua kapanewon yang terbebas dari persoalan air bersih. Dua kapanewon tersebut adalah Playen dan Karangmojo. Itu artinya 16 Kapanewon masih perlu droping air menggunakan tangki.
Sementara itu data yang ada dalam Perda RPJMD 2021-2026, demikian hasil pencermatan Slamet, tertulis bahwa 18 wilayah yang rawan kekeringan sejak 2016 hingga 2020 hanya 12 Kapanewon.
"Saya melihat pernyataan Kepala Pelaksana BPBD dengan dokumen daerah tidak sama," tuturnya.
Terlebih, lanjut Ketua Dewan Penasehat DPC Partai Gerindra Gunungkidul itu mengatakan, jumlah jiwa yang belum memperoleh akses air bersih di Gunungkidul masih 152.255 jiwa, bukan 127.000 orang.
Terkait angka yang ditunjuk Slamet, Kalak BPBD Gunungkidul menjelaskan dari sisi permintaan lapangan.
"Angka 127.000 jiwa itu kami rekap dari permintaan masing-masing Kapanewon," terang Edy Basuki.
Soal anggaran droping air dari tahun ke tahun mengapa tidak ada trend penurunan, Kepala Pelaksana BPBD Gunungkudul belum memberikan penjelasan secara rinci.
(Bambang Wahyu Widayadi)
Jumat, 23 Juli 2021
TERSANGKA TANPA SERAGAM ORANYE
Seorang lelaki ditodong pertanyaaan pendek, "Untuk Apa Virus Covid-19 itu diciptakan?"
MA'RUF AMIN ULAMA YANG 'DIKURUNG'
Dua tahun bersama Presiden Joko Widodo, Kyai Ma'ruf Amin memilih banyak diam. Tidak ada yang lebih tahu mengapa beliau harus diam, kecuali Kyai Ma'ruf Amin itu sendiri dan Allah Ta'ala.
PRESIDEN JOKO WIDODO MENGURAS SUMUR APBN
Dalam rapat evaluasi PPKM Darurat Presiden Joko Widodo mengeluarkan 8 (delapan) perintah atau arahan. Satu di antaranya tertulis pada item ke-5.
"Bansos jangan sampai terlambat," kata Presiden Joko Widodo, di Istana Merdeka, tanpa didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin, 20-7-2021.
Presiden Jokowi menjelaskan secara rinci bahwa PKH, BLT Desa, Bantuan Sosial Tunai, tidak boleh ada yang terlambat.
Paling penting lagi bantuan beras, sembako, "Minggu ini harus keluar," tegas Presiden Jokowi.
Bantuan sosial itu serupa dengan sumur pada zaman Rasulullah yang diceritakan oleh para sahabat.
Ada perbedaan sedikit, bahwa sumur yang diambil airnya dalam saran Presiden Jokowi itu sejatinya sumur rakyat, karena sumber utamanya adalah APBN.
Sementara sumur yang ditimba pada zaman Rasulullah sumbernya dari kantong pribadi.
Dari Juwaibir dari Adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas diriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, "Siapa yang membeli sumur Ruumat yang dengannya ia mendapatkan airnya yang tawar maka Allah akan mengampuninya."
Utsman bin Affan lantas membeli sumur itu, lalu Rasulullah bertanya, "Apakah engkau bersedia menjadikannya sumur umum (tempat semua orang mengambil air)? Utsman menjawab, "Ya".
Karena sikap Utsman, Allah kemudian menurunkan ayat, yang redaksinya berbunyi, "Wahai jiwa yang tenang!"
Ustman bin Affan disebut Allah sebagai pemilik hati / jiwa yang tenang.
Di ayat berikutnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman "Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya." (QS. Al-Fajr 89: Ayat 28).
Allah menyeru kepada jiwa yang tenang, "Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku." (QS. Al-Fajr 89: Ayat 29).
Kemudian Allah menutup firmannya dengan kalimat, "Dan masuklah ke dalam surga-Ku." (QS. Al-Fajr 89: Ayat 30).
Membeli sumur untuk kepentingan orang banyak, sangat berbeda dengan mengeluarkan negara untuk rakyat.
Air sumur mustahil kering, sementara itu anggaran negara volumenya sangat terbatas.
Setelah APBN dikuras habis, ke mana lagi Presiden Joko Widodo akan meminta bantuan anggaran untuk memberi makan 280 juta mulut?
(Bambang Wahyu Widayadi)
Kamis, 22 Juli 2021
KATA AL QUR'AN: MENUNDUKKAN COVID-19 ITU SUPER MUDAH
Menurut Wikipedia, pengertian azab adalah siksaan yang dihadapi manusia atau makhluk lain, sebagai akibat dari kesalahan yang pernah atau sedang dilakukannya.
Covid-19 menyebar ke seluruh dunia ini azab atau bukan, banyak yang tidak memahami, bahkan di kalangan umat Islam justru banyak pendapat yang saling bertentangan.
Al Qur'an menjawab pertanyaan tentang azab dengan pasti. Jawaban tersebut mustahil salah, tetapi sebagian besar manusia tidak mau mempercayainya."
"Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 7).
Pada masa pandemi banyak orang yang hati dan pendengarannya dikunci, matanya ditutup, tetapi mereka tidak merasakan kalau sedang dikunci dan ditutup.
Azab itu ada pada rasa. Ketika manusia tidak merasakan bahwa sedang menerima azab, maka di situlah azab tersebut sesungguhnya sedang menimpa diri manusia.
Karena mata ditutup, pendengaran dikunci, hati diblokade, maka dalam mengatasi Covid-19 manusia hanya bisa meraba-raba harus begini harus begitu.
Menyusul ada yang bilang bahwa virus Corona tidak ada obatnya, sementara Al Qur'an menyatakan ada dan pasti.
Dalam Al-Insyirah 94: Ayat 5 dan 6 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman," Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan," demikian diulang hingga dua kali.
Siapa bilang Covid-19 tidak ada obatnya? Diberi penyakit juga disediakan obat. Manusia saja yang tidak tahu bagaimana harus bersyukur.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "Kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan, lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir."(QS. An-Nahl 16: Ayat 69).
Al Qur'an itu kurang apalagi? Kemunculan Pandemi Covid-19 dijelaskan sebagai azab bagi orang yang hati dan pendengarannya disegel, matanya ditutup, en toh masih ditunjukkan pula bahwa madu adalah obat bagi manusia. Termasuk buah-buahan. Kurang apa Bos.
Menangkal Covid-19 itu menurut Al Qur'an caranya sangat sederhana. Yang sulit, rumit bin rewel adalah pikiran manusia yang suka menyombongkan diri terhadap keterbatasannya.
Menurut Anda bagaimana? Mau PPKM terus-menerus? Atau mau hidup normal dengan meyakini bahwa Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa?
(Bambang Wahyu Widayadi)
NENUNGGU LANGIT RUNTUH
Jepang menjajah Indonesia hanya seumur jagung tidak lebih dari 3,5 tahun. Guna menguasai Indonesia, tentara dari negara Matahari Terbit itu secara fisik harus datang dengan kekuatan senjata. Menjajah Indonesia, tahun 2021 caranya sangat berbeda. Ini pertanda bahwa langit akan segera runtuh, karena peradaban manusia telah kembali ke homo homini lopus.
Tahun 1942-1945 bunyi kentongan dijadikan sebagai tanda bahaya. Begitu kentongan ditabuh, rakyat pedesaan disuruh bersembunyi, kemudian bala tentara Jepang dan antek-anteknya sibuk menjarah harta rakyat.
Tahun 2021, kiat mengeruk kekayaan rakyat Indonesia bukan lagi menggunakan kentongan, tetapi cukup menggunakan hand phone.
Para saudagar di abad 21, dalam terminologi Jawa disebut wong lempoh ngideri jagat (manusia lumpuh mengelilingi dunia).
Artinya bahwa mengeruk kekayaan Indonesia tidak harus secara fisik hadir ke Jakarta, tetapi cukup duduk manis di negeri masing-masing.
Raden Mas Kukuh Hertriasning salah satu Kerabat Kraton Jogja dari garis keturunan Sri Sultan Hamengku Buwono Ke-8 menyatakan, bahwa saat ini sebagian kekayaan rakyat dikuras total tetapi tanpa disadari.
"Seorang Mark Zukerberg dengan Faceebook dan WhatsApp punya rakyat sebanyak 2 Milyar. Bill Gates pemilik Microsoft punya 4 Milyar pengguna. Belum lagi bicara We Chat serta Tik Tok milik China dan aplikasi yang lain," ulas Gusti Aning, panggilan akrab RM Kukuh Hertriasning, 22-7-2021 .
Menurut RM Kukuh Hertriasning, pandemi Covid-19 pun merupakan ajang perang politik dan ekonomi global melalui dirgantara.
"Pandemi adalah salah satu cara dalam mengeruk kekayaan Bangsa Indonesia," tegas dia.
Bekerja di rumah itu artinya sama dan sebangun dengan membeli paket internet.
Dari pejabat hingga rakyat yang jumlahnya 270 juta, tiap hari harus merogoh kocek, dan yang menangguk untung besar tidak perlu dijelaskan.
Terlalu kentara bahwa di masa pandemi hand phone juga dimanfaatkan untuk perdagangan obat, bahkan untuk perdagangan mayat.
Pasar ditunggangi sedemikian empuk dan mudah. Dunia serba uang kemudian kalangan rakyat serba kacau. Apakah ini harus ditolak? Itu tidak mungkin, sekaligus tidak bisa.
Alasannya? Karena alam telah sampai pada waktunya bahwa sebagian besar manusia berlomba memburu harta seolah dia akan hidup seribu tahun, dan melupakan bahwa manusia itu bisa mati sewaktu-waktu.
Saat ini manusia moderen kembali ke peradaban homo homini lopus.
Negara mana yang duitnya banyak, negara itulah yang akan mendominasi kekuasaan. Ini sudah dijanjikan dan ditetapkan. Suatu saat langit itu akan runtuh.
(Bambang Wahyu Widayadi)
Rabu, 21 Juli 2021
PRESIDEN DAN WAKIL BISA DIBERHENTIKAN OLEH MPR, TETAPI RUMIT
Desakan mundur dari jabatan Presiden bagi Joko Widodo makin menguat. MS Kaban Ketua Majelis Syuro Partai Umat berteriak lantang agar MPR mengadili Presiden Joko Widodo. Ahli hukum tata negara Refly Harun bersuara mirip tetapi berbeda.
Pertanyaan besar, karena pemilihan Presiden adalah satu paket dengan Wakil Presiden, apakah keduanya harus mundur bersama-sama.
Desakan yang dihembuskan selama ini tidak ada yang menyingung mundur dalam satu paket, bahkan ada yang mendesak Ma'ruf Amin mundur lebih dulu karena dianggap tidak mampu membatu Presiden Jokowi dalam mengatasi pandemi Covid-19. Bahkan Wapres yang satu ini dijuluki sebagai raja diam.
Desakan mundur itu sebenarnya mesti dilihat dari sisi konstitusi.
Di dalam Pasal 3 Ayat 1 disebutkan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
Terkait Ayat 1, potensi Presiden Jokowi tiga periode yang dihembuskan kalangan tertentu menurut konstitusi terbuka lebar, meski diwarnai pro dan kontra.
Pada Pasal yang sama Ayat 2 dinyatakan, Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan / atau Wakil Presiden.
Itu sudah terjadi, pasangan Joko Widodo Ma'ruf Amin setelah dinyatakan unggul di Pilpres 2019 menyingkirkan Prabowo-Sandi Aga Uno.
Kemudian di Pasal 3 Ayat 3, Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan / atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.
Artinya, desakan mundur dari sebagian rakyat itu diakomodir di dalam konstitusi, mengingat anggota MPR sebagian besar adalah anggota DPR. Dan inilah yang diincar dan diteriakkan MS Kaban.
Sementara memundurkan Presiden Joko Widodo bukan persoalan mudah dan sederhana.
Alasannya, menurut Arif Poyuono mantan Waketum Gerindra, Jokowi adalah milik PDIP.
Menurutnya selama ini tidak ada parpol yang berani melangkahi PDIP, yang defacto dejure PDIP adalah partai penguasa.
Sekuat apa pun teriakan Ketua Majelis Syuro Partai Umat, MS Kaban, tidak akan sampai ke Senayan.
Jokowi terus akan bercokol di Istana, kecuali tragedi Covid-19 benar-benar memburuk, kemudian mempercepat revolusi sosial.
Refly Harun beda pandangan, Presiden tidak akan bisa dimundurkan oleh MPR, karena di negeri ini tidak ada lembaga tinggi negara, sejak UUD 1945 diamandemen tahun 1999.
Presiden dan Wakil Presiden memang bisa diberhentikan bila DPR memanfaatkan Pasal 7 A dan 7 B UUD 1945.
Mekanismenya menurut Refly Harun dibahas di DPR, bergulir ke MK, dikembalikan ke DPR, barulah bisa digelar sidang MPR.
"Format sidangnya bukan mengadili Presiden dan Wakil Presiden, tetapi memberhentikan Presiden," ucap Refly seperti dilansir dari Weonline.com
BAYI LAHIR MENGAPA HARUS MENANGIS
Jagat raya ini adalah regulasi, adalah undang-undang, adalah aturan yang super sistemik. Tidak ada satu pun isi alam ini yang terpisah dari tata kelola yang maha rumit, tata aturan maha dahsyat sekaligus maha mengagumkan.
Bayi lahir mengapa harus menangis, ya karena regulasinya memang harus begitu, harus mewek. Kalau bayi lahir tidak menangis, orang tuanya bingung.
Keluar dari rahim ibunya pun adalah bukan kehendak si jabang bayi, tetapi kehendak sistem, kehendak aturan.
Telah disiapkan regulasi yang mengatur jam, hari, tanggal dan tahun lahirnya seorang anak manusia.
Itu sistem, itu aturan, itu ayat yang mau tidak mau, suka tidak suka, harus berjalan dan dijalani.
Regulasi alam tidak butuh penafsiran. Tidak ada cerita seorang bayi tinggal berlama lama, sebutlah sampai sepuluh tahun di dalam rahim. Paling panjang durasinya adalah 9 bulan 10 hari.
Setelah berada di luar kandungan, mengapa mulut bayi itu komat-kamit? Ketika sang ibu memberinya nenen, maka si bayi menerima kasih itu lebih pintar dari bapaknya.
Semua itu karena sistem, karena regulasi maha regulasi, dan karena perintah yang harus dijalani tanpa harus ditawar.
Berbeda dengan perintah yang dikeluarkan Presiden Joko Widodo. Instruksi yang ditulis dan disebarkan ke 34 Gubernur tentang PPKM Darurat itu bukan sistem.
Penerapan di daerah masih ribet dengan penafsiran. Masih dibantah oleh Bupati Banjar Negara. Masih ada Satuan Polisi Pamong Praja yang suka main pukul terhadap pedagang makanan di Sulawesi.
Karena apa? Sebab instruksi Presiden Joko Widodo itu bukan sistem. Regulasi PPKM darurat itu berada di luar diri manusia.
Sabda pendita ratu datan wola-wali, ngedika seklimah rata tiang sak Negari, hanya ada di cerita wayang purwa.
Presiden Jokowi saat live streaming 20-7-2021 adalah dalam posisi sedang tidak jujur terhadap dirinya sendiri terkait instruksi PPKM Darurat yang dilonggarkan atau dimolorkan hingga tanggal 26-7-2021.
RDia tahu, tetapi tidak mau tahu bahwa pelonggaran dan / atau pemoloran waktu PPKM Darurat adalah bentuk pengakuan bahwa dia tidak kuasa meladeni gempuran maut makhluk yang super kecil.
Atau Presiden Jokowi memang tidak sadar bahwa dia sedang berolok-olok. Mengapa? Karena tidak jarang, Jokowi, para menterinya, juga mitra kerjanya di DPR menganggap Covid-19 adalah musuh bersama. Pernyataan itu ditulis di baliho-baliho besar di seluruh tanah air di awal pandemi itu datang.
Jokowi lupa bahwa Covid-19 adalah regulasi, adalah aturan, adalah sistem yang suka tidak suka harus berjalan dan dijalani. Kesadaran tertinggi (highest consiosuesness) akan hal itu tidak ada di dalam benak Jokowi.Lalu bagaimana?
Ya diikuti saja. Jokowi ke Istana Negara itu kan sebuah resiko dalam berdemokrasi.
Setelah di dalam Istana lalu datang virus Corona, itu bagian dari tata kelola dunia sebagaimana bayi merah yang nenen kepada emaknya. Seperti bayi harus menangis saat dia lahir.
Menangis sajalah, karena regulasi dunia itu adalah tidak nyaman untuk sebagian besar manusia.
(Bambang Wahyu Widayadi)
Selasa, 20 Juli 2021
DOA PAGI, SETELAH RAGU BERANGKAT KE MASJID
Hamba-hambaMu bersimpuh di atas bebatuan Yang Maha Mulia, pada Idul Qur'ban 21 tanpa kumandang.
Apakah belenggu itu juga Paduka ikut sertakan di masa sulit menghadapi ujian-Mu. Mulut kami dibungkam seperti menghadapi hisab paling pedih yang Paduka janjikan.
Mereka mengatasnamakan Paduka, bebas menutup seluruh pintu masjid, tanpa batas waktu.
Tentang esok hari Engkau Maha Tahu, siapa yang benar, dan siapa sesungguhnya para penghasut, sehingga segenap angin berbelok.
Rezeki itu Paduka keluarkan dari pintu yang mana, Engkau Maha Perkasa, Engkau Maha Pemberi Rahmat.
Hanya kepadaMu kami menyembah, dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan.
Jalan yang lurus kami harap tidak sampai tangan para penghasut itu menutupinya.
Kesederhanaan dan kerendahan hati cukup ditemani daun ketela yang Paduka tumbuhkan di halaman rumah.
(Bambang Wahyu Widayadi)
Senin, 19 Juli 2021
KARENA CORONA: PENGUASA BISA MENJADI JAMBU MONYET
Ideomatika: apa yang kamu cari itu yang kamu dapat, dalam khasanah Jawa disebut Ngunduh Woh Ing Pakarti, alias Sapa Gawe Nganggo. Begitu pula pandemi. Dia merajalela karena dikehendaki oleh segelintir penguasa.
DHANDHANG-GULA NALISIR
Siji Gunungkidul ing mangsa kawuri Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...
-
Debat di depan publik yang digelar KPU Gunungkidul di TVRI Yogyakarta jam 19.30 untuk putaran pertama bagi Paslon Bupati dan Wakil Bupati, j...
-
Bacalon Bupati dari jalur perseorangan, Kelick Agung Nugroho merasakan, berkas dukungan perbaikan babak kedua tidak banyak yang eror sepe...