Ideomatika: apa yang kamu cari itu yang kamu dapat, dalam khasanah Jawa disebut Ngunduh Woh Ing Pakarti, alias Sapa Gawe Nganggo. Begitu pula pandemi. Dia merajalela karena dikehendaki oleh segelintir penguasa.
Kehadiran Covid-19 memang dikehendaki oleh penguasa. Ini mirip strategi yang dilakukan oleh Joko Tingkir ( sebelum dia naik menjadi Sutan Pajang, bergelar Sultan Hadi Wijoyo).
Joko Tingkir melepas Kebo Edan di tengah alun-alun. Kebo itu ditampar kepalanya dan mati.
Tentu saja Kebo itu mudah dibekuk, karena Kebo itu milik Sang Joko Tingkir.
Saat ini Kebo yang ngamuk di alun-alun Indonesia itu wujudnya virus.
Secara horisontal virus dikendalikan oleh manusia, walau pemilik utamanya adalah Alloh Ta'ala.
Penanggungjawab utama penyebaran Covid-19 adalah Presiden Joko Widodo, tetapi Panglima penumpasnya didelegasikan kepada Luhut Binsar Panjaitan.
Sial, fakta menunjukkan bahwa Jokowi dan LBP, tidak bisa mengulang keberhasilan Sultan Hadi Wijoyo di Pajang.
Gelombang pertama kehadiran Covid-19 tidak seganas gelombang kedua setelah Jokowi dan LBP begitu gencar dan masif menyuntikkan vaksin ke 137 juta dari target 180 juta jiwa.
Program vaksinasi itu adalah keputusan politik Jokowi, dan hasilnya tidak menurunkan gempuran Covid-19 tetapi justru sebaliknya.
Tanggal 19 Juli, PPKM Darurat sebagai satu satunya jalan pengendalian yang diputuskan Jokowi dievaluasi.
Kenyataanya, Kebo Edan yang tidak tampak mata itu tetap saja mengamuk di alun-alun Indonesia. LBP justru melempar bendera pasrah, dengan cara minta maaf kepada rakyat.
Itu adalah bentuk lepas tangan dari tanggung jawab yang diserahkan Jokowi ke pundaknya.
Gejolak minta permakanan dan vitamin mulai muncul di berbagai daerah.
Desa yang diperintahkan menyisihkan 8% dari alokasi dana desa untuk mensuplay sembako ke warga mulai kedodoran.
Sementara sembako dari Pusat yang disalurkan lewat Dinas Sosial juga menipis.
Di sisi lain warga yang mengambil keputusan untuk isolasi mandiri tidak terbatas kepala keluarga miskin.
Isoman dilakukan oleh hampir seluruh KK, mulai dari Dukuh, Lurah, Camat / Penewu, Kepala Dinas, bahakan Gubernur ramai-ramai mengambil pilihan isolasi mandiri. Mereka butuh perhatian pemerintah.
Di bawah kepemimpinan Jokowi, negara ini boleh jadi akan kehabisan dana untuk mensuplay KK isoman.
PPKM itu faktanya mendorong warga melakukan isoman. Itu efek dari kehendak atau keputusan politik yang diambil Jokowi.
Jadi apa yang kamu cari, itu yang kamu dapat.
Kalau benar, Indonesia jatuh melarat, itu memang disengaja dari sebuah keputusan politik yang ditutupi, supaya negeri berpenduduk 280 juta jiwa ini kehilangan kedaulatan.
Indonesia adalah negara Pancasila yang mulai digeser menjadi negara Komunis.
Tanda tandanya seluruh aktifitas warga berada di bawah kontrol Pemerintah.
Orang masuk masjid dikontrol, orang hajatan dikontrol, orang jajan di warung dikontrol, anak sekolah dikontrol, orang masuk ke pasar diawasi.
Seluruh aspek kehidupan dikendalikan menurut regulasi instan yang diciptakan pemerintah, dengan meninggalkan konstitusi.
UUD 1945 begitu mudahnya dilupakan, bahkan diinjak-injak oleh Penguasa yang awalnya diberi mandat oleh rakyat.
Penguasa bisa kuwalat menjadi jambu monyet.
Sekedar mengingatkan, pada masa Orde Lama ada Bosphorus Peking, tokoh utamanya Soekarno dan Menlu Subandrio. Pada era Reformasi ada Bosphorus Beijing. Aktor utama Joko Widodo dan Luhut Binsar Panjaitan.