Diam-diam, negara Tirai Bambu ini, mengadopsi paham kapitalisme. Lebih tepatnya mengkolaborasikan ideologi komunis dengan ideologi kapitalis, kemudian melahirkan paham baru.
dalam video berdurasi 60 menit lebih, Prof. Dr. Salim Said menggambarkan bahwa paham baru tersebut sebagai ideologi "kucing".
Tokoh Cina tidak mau berdebat soal kucing putih atau kucing hitam. Yang penting, kata Prof. Salim Said, kucing itu bisa menangkap tikus.
Secara karakteristik ideologi kucing tersebut merupakan formulasi Machiavelli (menghalalkan segala cara) untuk mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya.
Karakter lama yang diperbaharui berimplikasi pada perkembangan ekonomi. Terbukti Cina menyalip negara-negara maju, Eropa juga Amerika.
Negara-negara Barat kewalahan menahan banjir produk Cina. Tak terbendung, karena agen pemasar barang-barang Cina sudah menyebar ke seluruh dunia.
Efek tak terbantah pertumbuhan ekonomi Cina berdasarkan Biro Pusat Statistik setempat, tahun 2021 mencapai angka 8,1%.
Perekonomian nasional China sepanjang tahun 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 3 persen. Artinya, pertumbuhan ekonomi Cina mencapai 11,1%.
Indonesia mau mengejar Cina? Jauh, karena tahun 2023 hanya dipatok tumbuh 5,3 hingga 5,7%. Negara disebut maju, manakala pertumbuhan ekonomi berada di angka 7,5% lima tahun berturut-turut.
Beijing tidak sebatas menjual produk, Alfian Tanjung menyebut para teknokrat Cina juga menjual jasa. Mereka menjadi kontraktor kelas dunia. Termasuk mengharap Mega proyek di Indonesia, Kereta Api Cepat, juga pemindahan ibukota baru IKN di Kalimatan Timur.
(Bambang Wahyu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda