Selasa, 29 September 2020

Budi Martono Nyimak Diskusi Sembari Menerawang Calon Bupati

Mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Gunungkidul, Budi Martono menyatakan, diskusi yang diprakarsai Guyub, dan disiarkan langsung oleh Sorot Media, terbilang hebat dan berani. Dia juga menerawang Calon Bupati yang potensi menang. 


Saya  mengikuti diskusi sampai selesai. Mereka hebat, karena berani mengaku  sebagai Tim Sukses ataupun Relawan. Apa yang mereka diskusikan semua sudah tertulis di RPJMD Kabupaten Gunungkudul. Hanya mas Danang yang mampu berbicara struktur anggaran, meski ada beberapa yang perlu koreksi. Yang lain bicaranya ngambang," ujar Budi Martono, 29/9)20. 


Menurut Cak  Bud,  demikian pria asal Jawa Timur ini biasa disapa,  Bupati yang diharapkan adalah tokoh yang mampu menggerakkan roda birokrasi (OPD yang dikawal Sekda). 


"Alasan saya, karena waktu jabatan hanya 4 tahunan, impossible membuat terobosan baru, sehingga, tugas Bupati tinggal menjalankan Dokumen Perencanaan yang sudah dibuat ( sesuai dengan Rencana Propinsi dan Pusat). Dengan waktu pendek, Bupati terpilih harus pinter membaca RPJMD dan nemilah mana yg mendesak dan menjadi sekala prioritas," imbuhnya.


Budi Martono menyebut satu lagi, bahwa membangun Gunungkidul tidak hanya ada di pundak Bupati, tapi harus menjalin hubungan mesra dengan  legislatif. DPRD mempunyai hak budget. Meski program Bupati setinggi langit, bila tidak ada hubungan harmonis dengan DPRD, pasti dicoreti. 


"Istilah saya, hubungan Bupati dan DPRD ibaratnya suami isteri. Itu yang saya lakukan saat jadi carik. Saya sering berkelahi di luar forum, sehingga  di forum resmi, berkelainya enteng," tegas Cak Bud.

  

Catatan  diskusi, penyelenggara  menurutnya harus berani mengundang figur di luar tim sukses. Budi Martono menyebut dua tokoh yang pernah berperan membangun Gunungkidul. 


"Seperti Pak Harto- Bupati, juga Pak Bambang -Sekda dan yang lain," kata dia. 


Apa pun hasilnya,   Budi Martono menghargai, bahwa acara diskusi itu bagus. Dia senang mereka berani bicara. Dia bilang harus begitu, harus belajar kritis dan peduli terhadap daerahnya, khususnya yang muda-muda. 


Ditanya soal calon yang memiliki peluang menang, Budi Martono nyeplos dengan gayanya yang khas. 


"Menurut penerawangan saya, pilkada Gunungkidul 2020 Clonnya imbang, dari sisi kemampuan dan slogannya. Tinggal siapa yang berhasil melakukan pendekatan psikologis dan merangkul semua kalangan lintas komunitas, itulah yang jadi, karena masyarakat Gunungkidul itu kulturnya spesifik, berbeda  dengan yang lain," pungkasnya. 


(Bambang Wahyu Widayadi)


CALON BUPATI GUNUNGKIDUL 2021-2024 TERJEBAK DALAM KUTUB INDUSTRIALISASI


Setelah ditetapkan menjadi Calon Bupati dan mendapat nomor urut, dalam Pilkada Gunungkidul 2020, Rabu 23 serta 24/9/20, empat pasang calon dihadapkan pada pilihan rumit. Mereka terperangkap antara industri (pariwisata) dan intensifikasi dunia pertanian.

Dihimpun dari berbagai sumber, peletak batu pertama industri pariwisata adalah Bupati Suharto pada tahun 2004. Kala itu dia bilang pariwisata Gunungkidul ibarat gajah yang sedang tidur. Menurutnya industri pariwisata tidak mengenal kata bangkrut, walau faktanya pada saat pandemi Covid-19, industri pariwisata, nyaris tersapu bersih. 
  
Pengganti Suharto, yakni Bupati Hj. Badingah mengembangkan industri pariwisata melalui langkah partisipasi, yang dia sebut sebagai pariwisata berbasis masyarakat, lengkap dengan segala potensi konflik yang mengiringinya. 

Empat Calon Bupati, Prof. Sutrisna Wibawa, Dr. Immawan Wahyudi, Bambang Wisnu Handoyo, dan Sunaryanta,  larut dalam gagasan industri pariwisata, dengan konsep yang mereka yakini akan mengangkat kesejahteraan warga Kabupaten Gunungkidul. 

Di sisi lain,  dunia agraris senantiasa melahirkan problem yang tidak kunjung terpecahkan. Kabar terbaru, Suparyanto, Ketua Gapoktan Desa Tambakromo, Kapanewon Ponjong, Gunungkidul secara lantang menyerukan keluhan klasik. 

Dia, boleh disebut mewakili 144 kelompok sejenis, bahwa dunia pertanian  disekap oleh penguasa, yang faktanya tidak menguntungkan petani. 

"Kami oleh Pemerintah ditekan agar meningkatkan produksi padi, jagung dan kedelai (pajale) sementara soal  harga benih selalu mahal, pupuk tak mudah diakses, pas panen raya harga dimonopoli pedagang. Nasib kaum tani dari dulu hingg kini tak kunjung berubah," ujar Suparyanto, di kediaman almarhum  Drs. Marsiyo, mantan anggota DPRD, Minggu 20/9/20 silam. 
Kebetulan keluhan itu dikemukakan di depan Calon Wakil Bupati Gunungkidul, Heri Susanto yang berpasangan dengan Sunaryanta. 

Sejumlah dedengkot pertanian menilai, 143 Gapoktan yang lain akan menyuarakan problem yang sama ketika bertemu dengan tiga Calon yang lain. 

Kebijakan pangan yang melahirkan persoalan khas, seperti diungkapkan Suparyanto, tidak bisa lepas dari kemauan pemerintah pusat. 

Pada umumnya, dikutib dari Wikipedia, Pemerintah menerapkankan kebijakan pertanian untuk mencapai tujuan tertentu, menyangkut  pasar produk pertanian domestik.  

Tujuan tersebut mencakup jaminan ketersediaan pangan, kestabilan harga, kualitas produk, seleksi produk, penggunaan lahan, hingga tenaga kerja.

Heri Susanto, merespon kelangkaan pupuk yang cenderung menjadi penyakit kronis, setiap tahun menyatakan, bahwa Gunungkidul mesti punya kebijakan yang berpihak kepada petani.

"Paling tidak, tiga tahun ke depan Pemda harus punya pabrik pupuk (pabrik kompos: red)," ujar Heri Susanto. 

Implikasi dari pernyataan Heri Susanto, dengan adanya pabrik kompos, petani tetap terperangkap ke dalam jaringan pemilik modal. Ada kesan, bahwa tiga tahun ke depan, petani masih tetap akan menjadi korban revolusi hijau.

(Bambang Wahyu Widayadi)

Senin, 28 September 2020

Calon Bupati Patuh Protokol, Pendukung Melanggar, PKPU-nya Ompong

Kampanye Pilkada serentak 9 Desember 2020 dimulai Sabtu, 26/9/20. Empat Paslon Bupati Gunungkidul sulit mengindari anjuran menghadiri kerumunan massa. Panwas Kapanewon dan Desa, tidak berdaya untuk mengingatkan, bahwa berkerumun merupakan satu pelanggaran.  


Tanggal 24/9/20, bersamaan dengan pengundian nomor urut Paslon Bupati dan Wakil Bupati Gunungkidul ditandatangani 7 item deklarasi damai. Yang potensial dilanggar adalah poin ke 7, yakni mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan terutama kesepakatan  menghindari kerumunan. 


Soal yang satu ini, setiap Paslon menjadi serba ribet, manakala melakukan kunjungan lapangan, karena yang melanggar bukan para Paslon, tetapi justru warga yang antusias mendukung masing-masing jagonya. 


Minggu, 26 September Paslon No. 4 Sunaryanta terjun Kecamatan Tepus, dan Nglipar, meliputi Desa Tepus, Sumber Wungu, Purwadadi, serta Padukuhan Sendowo, Kedungkeris.


Sunaryanta sekurang-kurangnya mengunjungi  belasan titik kumpul para pendukung.


Berdasarkan pantauan media, tercatat di padukuhan Ploso, Klayu, Gude, Blekonang, Tegalweru, Gembuk,  Sruweng, Duwet, Luwengombo, Kotekan, Bukit Pengilon, Gua Dilem dan Gua Senin, Kenis, Brongkol Pringapus, Trenggulun, hingga Sendowo, Desa Kedungkeris, Kapanewon Nglipar.


Rombongan Sunaryanta dalam pengawalan ketat oleh Panwas setempat, Babinsa dan Babin Kamtibnas. 


Saat tiba di Padukuhan Duwet, Desa Purwadadi, misalnya,  Sunaryanta bertemu muka dengan  600 warga yang sedang kerja bakti membuka akses jalan ke pantai Siung sepanjang 1,5 Km, lebar 4 meter. 


Sunaryanta dan rombongan, yang tidak lebih dari 15 personil itu, sulit disebut melakukan pelanggaran terhadap protokol kesehatan. 

 

Sebaliknya, justru masyarakat yang dikunjungi yang potensial melakukannya, karena sesuai aturan KPU, bertemu di tempat terbuka dibatasi maksimal hanya 100 orang, faktanya kerja bakti kala itu jumlahnya melampaui ketentuan.


Heni, anggota Panwas Kapanewon Tepus menyatakan, selama menjalankan tugas belum menjumpai pelanggaran yang berarti. 

"Semoga aman-aman saja," ujar Heni, 26/9/20.

Sementara saat ibu-ibu pesenam dari Padukuhan Trenggulun saat minta foto bersama Calon Bupati Sunaryanta, jelas itu berbenturan dengan item anjuran jaga jarak


Menanggapi permintaan selvie, Slamet Harjo, politisi Golkar yang Ketua Sabuk Merah Pendukung Sunaryanta menyatakan, justru permintaan foto bersama itu ending dari sebuah kampanye menuju kedekatan dan dukungan.


"Apa yang salah? Kalau itu dikategorikan sebagai pelanggaran, kalau mau tegas, ya dilakukan penindakan saja," kata Slamet Harjo. 


Lomba layang-layang di lapangan Sendowo yang penontonnya hampir 500 orang kemarin, ini menurut catatan pengamat sosial Joko Priyatmo, penyelenggaranya adalah masyarakat.


"Kalau yang dijatuhi sanksi itu tamu kehormatan yang diundang, maksud saya calon Bupati seperti Sunaryanta, saya pikir tidak pas," ucap pria yang akrab disapa Jepe itu.  


(Bambang Wahyu Widayadi)


Menyaksikan Diskusi Politik Tidak Seimbang


Pertunjukan politik diperagakan sejumlah tokoh Gunungkidul terkait Pilkada 9 Desember 2020.  Warga yang  menyaksikan acara tersebut  bebas untuk menilai. Diskusi publik digelar oleh sebuah komunitas WhatsAap yang menyebut dirinya Guyub.

Ada tokoh yang terang-terangan mengatasnamakan team pemenang paslon, sementara yang lain memilih mengaku sebagai relawan. Mereka diskusi sengit, keras, dan nyaris tak berimbang.  

Diskusi Sabtu malam, tanggal 26 Setember 2020 yang dipandu Suharjono, wartawan Sindo Jeteng DIY, semula akan mengupas peran dan pengaruh cukong di balik Pilkada, sebagaimana ditiupkan Mahfud MD, tetapi batal. Secara sengaja Suharjono menggeser ke topik yang berbeda. 

Peserta diskusi yang tidak lebih dari 15 orang dia sodori beberapa pertanyaan. Pertama, tanya Suharjono, apa alasannya, sehingga Anda mendukung paslon tertentu. 

Kuncara Rino Caroko Renata Anggabenta dari kubu Immawan Wahyudi-Martanti Soenar Dewi menolak disebut sebagai team pemenangan. Mereka lebih nenyukai berbicara atas nama relawan. Begitu pula Dadang Iskandar, dari kubu Bambang Wisnu Handoyo -  Benyamin Sudarmadi (Babe) pasangan nomor urut 3.

Berbeda dengan Danang Ardianto, secara terang-terangan dia mengaku mewakili pasangan nomor urut 4, Sunaryanta - Heri Susanto. Sementara wakil pasangan  nomor urut 1, Sutrisna Wibawa - Mahmud Ardi Widanto, malam itu absen. 

"Saya dan teman-teman relawan mendukung Immawan Wahyudi, karena secara pribadi ada unsur kedekatan," ucap Kuncara 26/9/20.  

Seperti tidak ada alasan lain Mohamad Dadang Iskandar, menjawab sama, atas pertanyaan pertama yang diajukan moderator.

Sebaliknya, Danang Ardianto menyatakan, bahwa dia mendukung Mayor Sunaryanta, justru karena dia tidak kenal secara pribadi.

"Saya kenal Mas Sunaryanto, dari visi, missi serta program," ujar Danang Ardianto.  

 Suharjono buru-buru menimpali pertanyaan kedua. Untuk tiga tahun ke depan, demikian  tanya Suharjono Paslon yang Anda dukung mau berbuat apa. Masalahnya program tahun 2022 merupakan RPJMD karya Badingah-Immawan. 

Menjawab pertanyaan kedua, tokoh yang mengaku relawan, menjawab dengan cara menafsirkan visi dan missi dari calon yang didukung. 

 Kembali Danang Ardianto menunjukkan kelasnya sebagai intelektual politik.  

 "Sunaryanta mau berbuat apa, dengan cara bagaimana, saya tahu persis. Yang saya paparkan ini telah diserahkan ke KPU sebagai dokumen politik tertulis. Saya pertanggungjawabkan tentang keabsahan dan kebenarannya," tegas aktifis 98 itu.

Suharjono Sindo tidak kurang akal. Para pembicara dia tembak soal program terkait  cara menurunkan angka kemiskinan. Fakta selama pamerintahan Badingah Immawan, menurutnya hanya berubah dari 21,4 ke 16,6 persen. 

Berbicara angka kemiskinan, relawan nomor urut 2 dan tiga relatif blunder dan gagap.

 Tak pelak Danang melontarkan pertanyaan serupa Selama 5 bahkan 10 tahun, petahana telah berbuat apa, tuding Danang, kok setelah maju mencalonkan Bupati baru berbicara soal program 14 ribu lapangan kerja guna menurunkan angka kemiskinan. 

Tidak mau kehilangan momentum, Rena dan kawan-kawan menepis,"Pak Immawan sebagai Wakil Bupati kewenangannya sangat terbatas," kilahnya, meski secara struktural Wakil Bupati otomatis adalah Ketua Team Penanggulangan Kemiskinan Daerah.  

Diskusi yang disiarkan secara live oleh Sorot Media, terasa tidak berimbang.  Danang selaku Wakil Ketua Team Sunaryanta, banyak berbicara angka dan fakta, sementara Rena cs dan Dadang Iskadar lebih mengandalkan asumsi dan tafsir pikir dari para calon yang mereka dukung. 

Menyebut satu contoh, Sunaryanta dituding akan mengganggu nelayan, ketika membuat keramba di laut lepas. Dalam hal ini Danang menjelaskan, ikan tuna yang dikeramba itu bukan tangkapan lokal, tetapi bibit hasil budidaya.

 Ketidakseimbangan diskusi semakin tampak jelas, ketika Yanto menanyakan program terkait peradaban agraris, dan Bekti Suptinarso membedah perusakan bentang alam karst.  

Diskusi dimulai pukul 20.00 berakhir jam 23.45 Wib. Ubarampenya murah meriah, satu unit angkringan Sega kucing dihadirkan di rumah Limas Bali Rasa Danang Ardianto.

 (Bambang Wahyu Widayadi).


 


Kamis, 24 September 2020

TAFSIR ANGKA UNDIAN MENURUT PARA CALON BUPATI GUNUNGKIDUL


Pengambilan undian nomor urut pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati digelar KPU di Bangsal Sewoko Projo, Kamis 24/9/20. Prosesi upacara dilakukan sejak jam 09.00, berakhir pukul 11.11 Wib.  

Pasangan Sutrisna Wibawa-Mahmud Ardi Widanto yang diusung PAN, Gerindra, Demokrat, dan PKS memperoleh nomor 1.

Alhamdulillah, ujar Profesor Sutrisna Wibawa, itu sesuai harapan Tim Kadhung Trisna Sutrisna Ardi. 

"Nomor 1 untuk Gunungkidul Maju, Nomor 1 untuk GK1. Nomor 1 untuk harapan baru Gunungkidul maju.

"Kami mohon doa seluruh masyarakat Gunjngkidul semoga kami dapat terpilih GK1, untuk mewujudkan Gunungkidul yang lebih maju," tegas Sutrisna Wibawa. 

Pasangan Immawan Wahyudi-Martanty Soenar Dewi yang diusung NasDem memungut selongsong, ketiban jatah undian nomor 2. 

"Angka 2, bagi saya merupakan simbol peringatan tentang kepesertaan saya yang kedua. Yang pertama, bersama Ibu Badingah. Ini yang kedua bersama Ibu Martanty Soenar Dewi," ucap Immawan kepada awak media.

Menurut Immawan,  kekuasaan itu adalah milik Allah SWT. 

"Saya berkompetisi di Pilkada serentak ini selalu berserah diri, dan bersama Allah," tandasnya.

Pasangan Bambang Wisnu Handoyo-Benyamin Sudarmadi calon Bupati dari PDIP mengambil di urutan terakhir mendapat undian nomor 3.

"Angka Tiga, bagi saya merupakan satu kesatuan: Cipta, Rasa dan Karsa. Alhamdulillah ini adalah asimpian saya untuk membangun cara berfikir yang fondamennya tiga hal itu," kata Bambang Wisnu, menerjemahkan angka undian yang didapat.

Sementar Pasangan Sunaryanta-Heri Susanto, yang diusung Golkar dan PKB mengambil undian di urutan pertama, tetapi mendapat nomor urut 4.

"Angka 4 itu kalau dibalik jadi kursi," ucap Sunaryanta singkat. 

Di tampat yang sama, Ketua KPU Gunungkidul, Ahmadi Ruslan Hani berpesan, bahwa masing-mading Tim harus segera melaporkan dana kampanye.

"Dana kampanye sesuai aturan dibatasi. Kami belum sebut nominal, karena masih harus kami rapatkan bersama komisioner yang lain," terang Hani.

(Bambang Wahyu Widayadi)

Rabu, 23 September 2020

Empat Calon Bupati Gunungkidul Dalam Pilkada 2020 Ditetapkan


Komisi  Pemilihan Umum (KPU) Gunungkidul  menetapkan empat pasangan calon (paslon) bupati dan wakil bupati yang akan bertarung di Pilkada Gunungkidul 2020. Untuk audit dana kampanye,  masing-masingw-masing tim wajib memiliki nomor rekening

Paslon yang ditapkan antara lsin Bambang Wisnu Handoyo-Benyamin Sudarmadi, H Sunaryanto-Heri Susanto, Immawan Wahyudi- Martanty Soenar Dewi dan Prof Sutrisna Wibawa-Mahmud Ardi Widanto. 

“Empat paslon dipastikan akan mengikuti Pilkada Gunungkidul.  KPU akan melakukan pengundian nomor urut dan mempersiapkan tahapan kampanye,” ujar Ketua KPU Gunungkidul Ahmadi Ruslan Hani usai pleno penetapan dan penyerahan hasil kepada tim masing-masing paslon di Kantor KPU, Rabu, (23/9/20). 

Pengundian nomor urut paslon pilkada Gunungkidul dijadwalkan KPU Kamis (24/9) di Bangsal Sewakapraja, Wonosari. Pelaksanaanya, kata Hani, dilakukan dengan protokol kesehatan.

Dia mengungkapkan, selain dilaksanakan pengundian nomor urut, dilakukan pula  deklarasi kampanye damai.  Juga talkshow yang melibatkan ketua tim pemenangan masing-masing paslon dan melibatkan instansi terkait.

Talkshow, menurut Ketua KPU merupakan komitmen bagi seluruh tim sukses untuk menjaga keamanan, kesehatan dan kedamaian.

Berkait  incumbent yakni Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi yang ikut maju, KPU mewajibkan calon ini untuk cuti sebelum memasuki masa kampanye. Sedangkan untuk yang berstatus PNS, TNI maksimal 5 hari setelah penetapan harus menyerahkan surat pengunduran diri.

"Di samping itu, tim Paslon diwajibkan membuka nomor rekening. untuk akses audit penerimaan dan penggunaan dana kampanye,” pungkas Ketua KPU.

(Bambang Wahyu Widayadi)

Anggota Bawaslu Gunungkidul Diperingatkan Keras


Is Sumarsono, mantan Ketua Bawaslu Gunungkidul, yang kini berkedudukan sebagai anggota, untuk yang kedua kalinya diperingatkan keras oleh DKPP Republik Indonesia karena terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemilu. Peringatan juga ditujukan kepada Ketua Tri Asmiyanto dan tiga komisioner Bawaslu yang lain. 

Keputusan dibacakan dalam sidang virtual yang dipimpin Ketua DKPP tersebut  menyimpulkan tiga hal : (1). Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu berwenang mengadili pengaduan Pengadu; (2) Pengadu memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan pengaduan a quo;  (3). Teradu I, Teradu II, Teradu III, Teradu IV, dan Teradu V terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemilu. 

Berdasarkan pertimbangan dan kesimpulan tersebut di atas, DKPP Memutuskan lima hal: Pertama,  Mengabulkan pengaduan Pengadu untuk sebagian; 

Kedua, Menjatuhkan sanksi Peringatan Keras kepada Teradu I Is Sumarsono selaku Anggota Bawaslu Kabupaten Gunungkidul terhitung sejak Putusan dibacakan; 

Ketiga, Menjatuhkan sanksi Peringatan kepada Teradu IV Tri Asmiyanto selaku Ketua 

merangkap Anggota Bawaslu Kabupaten Gunungkidul, Teradu II Sudarmanto, 
Teradu III Rosita dan Teradu V Rini Iswandari masing-masing selaku Anggota   Bawaslu Kabupaten Gunungkidul terhitung sejak Putusan dibacakan; 

Keempat. Memerintahkan Bawaslu Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk 
melaksanakan Putusan ini paling lama 7 (tujuh) hari sejak Putusan dibacakan; 
dan. 

Kelima, Memerintahkan Badan Pengawas Pemilihan Umum untuk mengawasi pelaksanaan 
Putusan ini. 

"Demikian diputuskan dalam Rapat Pleno oleh 6 (Enam) Anggota Dewan Kehormatan 
Penyelenggara Pemilihan Umum, yakni Muhammad selaku Ketua merangkap 
Anggota; Alfitra Salam, Teguh Prasetyo, Didik Supriyanto, Ida Budhiati, dan 
Mochammad Afifuddin, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Rabu tanggal 
Enam Belas bulan September tahun Dua Ribu Dua Puluh, dan dibacakan dalam 
sidang kode etik terbuka untuk umum pada hari Rabu tanggal Dua Puluh Tiga bulan 
September tahun Dua Ribu Dua Puluh oleh Alfitra Salam, Teguh Prasetyo, Didik Supriyanto, dan Ida Budhiati, masing-masing sebagai Anggota," direkam ketika sidang virtual berlangsung.

(Bambang Wahyu Widayadi)

 

Selasa, 22 September 2020

Bawaslu Gunungkidul Hadapi Rabu Abu-Abu

 


Bernad Dermawan Sutrisno, Sekretaris Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Republik Indonesia, melalui Surat Panggilan Sidang Nomor 0889 / PS-DKPP / SET-404/ IX / 2020, tertanggal 18 September 2020 memberitahukan, bahwa DKPP RI telah menerbitkan Surat Keputusan terkait  Perkara Pengaduan dugaan pelanggaran kode etik dan ketidakprofesionalan yang dilakukan Bawaslu Kabupaten Gunungkidul.

Menurut rencana, pembacaan Surat Keputusan dilakukan secara daring, Rabu, 23 September 2020, bisa dikuti di Facebook DKPP RI pukul 10.00 Wib, namun berikutnya diralat dan dimajukan menjadi jam 8.30 Wib.

Terkait rencana di atas, DKPP RI memanggil Wawan Andriyanto dan Harry Gunawan, selaku kuasa hukum Bambang Wahyu Widayadi untuk hadir pada sidang virtual yang dimaksud.

Jajaran Bawaslu Gunungkidul, berdasarkan penilaian sejumlah pengamat, menghadapi Rabu abu-abu. Alasannya, institusi yang semula diketuai Is Sumarsono, SH itu untuk yang kedua kalinya diadukan ke DKPP dengan kasus dugaan, yang kurang lebih mirip.

Sebagaimana diketahui, pengaduan kedua disidangkan secara tatap muka di kantor Bawaslu DIY, Jumat Legi 28 Agustus 2020 silam.

(Bambang Wahyu Widayadi) 

CORONA SEMAKIN MENGGILA SEBAGIAN MANUSIA SEPERTI MENANTANG


Indonesia merupakan Negara Pancasila. Hal itu termuat  di dalam Preambul UUD 1945 alinea ke empat. Juga sebagai Negara Berketuhanan Yang Maha Esa. Hal itu tertulis di Pasal 29 UUD 1945.   
 
Negara dengan dasar yang kokoh, diuji dengan makhluk bernama Covid-19 menjadi kalang kabut. Sebagian pejabat di Jakarta mulai dicokok Corona. 

Semua orang terperanjat, tetapi kehadiran virus itu malah dicuekin, tidak ada rasa takut sama sekali, meski faktanya si Corona itu selalu mengendus jiwa, baik yang berdosa atau sebaliknya. Sebagian besar orang malah seperti menantang. 

Diberi kewenangan sebagai komandan Gugus Tugas, begitu berani membuat izin  orang menyelenggarakan hajatan. Di luar perkiraan, kelompok arisan di Kulonprogo dikabarkan menjadi klaster. http://kmp.im/AGA2tX

Kemungkinan yang berpotensi tertular tidak hanya pejabat, meski mereka super patuh terhadap protokol yang ditetapkan oleh pemerintah.

Seluruh rakyat Indonesia, akan mengalami ujian berat. Kapan ujian itu berhenti, semua hanya bisa cemas menunggu kehendak Allah.  

Apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. Allah hanya bersabda, "Berhentilah!" Maka berhenti pula Covid-19 mengincar nyawa bangsa manusia.

Pemerintah Republik Indonesia mengajarkan kepada seluruh jajaran sekaligus rakyatnya agar melindungi diri dengan masker, dengan sabun di air mengalir, juga dengan menjaga jarak. Hasilnya, rakyat terus berjatuhan, disusul para pejabat.

Sebagai negara Berketuhanan, Allah Subhanahu Wa Ta'ala sesungguhnya telah mengingatkan secara lembut sekaligus secara keras.   

"Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (ketentuan) Allah, jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu? Mereka itu tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah." 

Sebagai pelindung diri, mana yang lebih ampuh!  Masker atau Allah Subhanahu Wa Ta'ala?   
Sebagai umat yang tidak lebih besar dari biji zarah, hati manusia akan memilih berucap, hanya kepadaMu kami menyembah, dan hanya kepadamu kami memohon pertolongan. 

(Bambang Wahyu Widayadi) 

Senin, 21 September 2020

MAYORE MASUK PERUT HANDAYANI, SEMUA MATA TERBELALAK

Pilkada Serentak di Gunungkidul, tidak bisa terlepas dari perang jargon atau adu slogan. Empat  pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati masing-masing memilih ideomatika spesifik, supaya mudah diingat, walaupun kadang tidak mudah dipahami.

Pof. Dr. Sutrisna Wibawa akrab dengan kalimat Membangun Gunungkidul di Abad Samudera Hindia. Bambang Wisnu Handoyo memilih ideomatika simple, Ora Mbrebegi, Ning Ngrampungi. Dr. Immawan Wahyudi yang nota bene petahana, cukup mengucap Bismillah, Gunungkidul Aman Ayem Sejatera, kemudian disingkat menjadi Bismillah GAAS. Mayore Sunaryanta beda lagi. Anggota TNI yang masih aktif di Kementerian Pertahanan ini cukup membalik frasa Membangun Gunungkidul menjadi Gunungkidul Membangun.

Apa pun slogan dan jargon yang diteriakkan pada masa pilkada 2020, mengutip pendapat Prof. Dr. Moeljarto, Tokrowinoto, MPA,  empat kandidat yang berlaga di Gunungkidul itu  dihadapkan pada persoalan, bagaimana mereka menjawab tantangan  sekaligus mengatasi situasi pembagunan yang serba  dilematis agar mendekati cita-cita seluruh rakyat, yang tersirat dan tersurat di dalam UUD 1945.

Meminjam pisau analisa Moeljarto, Tokrowinoto, yang konon pernah menjadi asisten kepartaian Dr. Moh Hatta, di tahun 60-an ini, bahwa kebijakan seorang pemimpin erat kaitannya dengan tiga paradigma  pembangunan yang dipilih, apakah itu paradigma pertumbuhan, kesejahteraan atau paradigna people centered.

Jargon Gunungkidul Membangun, menurut Joko Priyatmo, dia seorang pengamat masalah sosial asal Kapanewon Patuk, Mayor Sunaryanta dianggap lebih dekat dengan paradigma people sentered, yang kemudian lebih dikenal dengan pendekatan Pemberdayaan Sumberdaya Lokal (PSDL). 

Kegiatan berkeliling Kapanewon Patuk, di 14 titik kegiatan warga, Minggu (20/9/20), menurut Joko Priyatmo merupakan indikator yang mendekati dengan pilihan tajuk Gunungkidul Membangun. 

Dari dulu, ucap Joko Priyatmo, tanpa digerakkan pemerintah, warga Handayani melakukan gerakan swadaya yang jika dirupiahkan bisa miliaran, bahkan trilyunan. 

Kesibukan Pasar Tradisional Klepu, Desa Nglegi, Kapanewon Patuk yang dikunjungi, meski hanya sebentar, menurut Joko Priyatmo merupakan potret perputaran uang ala pelosok pedusunan. Dan itu sudah terjadi sejak tahun 1960. 

Mulai dari kegiatan gugur gunung  merehap balai padukuhan, di Putat 2, membuat  masjid,  di Dusun Kembang dan Patuk,  menyiapkan lapangan voly di Gedora, Nglegi dan Belang, Kalurahan Terbah, melebarkan jalan di Krakalan Beji, hingga geliat industri topeng di Bobung, termasuk pengelolaan destinasi wisata Batur Hill dan Pemancingan  Telaga Kemuning juga ibu-ibu yang selalu berjingkrak-jingkak senam di Toserba Sambipitu, menurut Joko Priyatmo, adalah murni gerakan rakyat, tanpa menunggu komando pemerintah. 

"Tajuk Gunungkidul Membangun yang digagas Mayore, secara faktual terbukti  dilakukan masyarakat seluruh elemen, sejak  zaman Bung Karno hingga sekarang," kata Jepe, sapaan akrab Joko Priyatmo.

Setelah perang slogan, demikian Jepe bertanya, paham tidak para bakal calon itu mengenai dinamika yang baru saja dilihat Sunaryanto di Kapanewon Patuk. 

"Hal serupa, umum dilakukan di 17 Kapanewon lain di Gunungkidul. Seluruh Kandidat, bagi saya perlu tahu isi perut Bumi Handayani. Tidak hanya Mayore saja."  Tentara itu sudah turun, dan segenap  warga yang disambangi terbelalak," pungkasnya. 
 
(Bambang Wahyu Widayadi)

Sabtu, 19 September 2020

Keluarga Cendana Suburkan Benih Soehartois


Widodo
Partai Golkar dengan Gerakan Bakti Cendana (GBC) perbedaannya hanya tipis. Golkar merupakan organisasi politik,  GBC organisasi massa. Dalam Pilkada Serentak, Golkar mengusung Sunaryanta, GBC cukup mendukung. Kesamaannya satu, sama-sama anak ideologis mendiang HM Soeharto Presiden RI Ke 2. Keluarga Cendana melalui GBC bergerak menyuburkan benih Soehartois.

Hal di atas tersirat dalam satu deklarasi politik yang dilakukan GBC, di Rest Area Bunder, Kapanewon Playen, Gunungkidul, Sabtu sore, (19/9/20).  

Widodo, Ketua Penyelenggara Deklarasi menyatakan alasan pokok mengapa memberikan dukungan kepada Mayor Sunaryanta. 

"GBC dan Calon Bupati Sunaryanta memiliki kesamaan pandangan, bahwa ingin memajukan UMKM serta koperasi," ucapnya di depan 630 kader GBC. 

Widodo mengakui, organisasi tempat dia bernaung memang bukan institusi politik, tetapi memiliki sikap politik, menurutnya dibolehkan oleh undang-undang. 

Di tempat yang sama, Ketua GBC Gunungkidul, Agus Darmadi menyatakan,  18  kapanewon se Gunungkidul yang berkumpul di Rest Area Bunder, Playen (19/9/20) itu setiap kapanewon mengirim 35 personil. 


"Yang kami hadirkan adalah Korda, Korwon, Kordes dan Kordus,  total 630 orang," terang Agus, melengkapi penjelasan Widodo.

Dalam sambutan singkat, tidak lebih dari 4 menit, Ketua DPD Golkar Gunungkidul, Heri Nugroho, SS menyatakan, GBC dengan Golkar itu identik.

"Kami sama-sama anak ideologis Soeharto. Jadi cukup tepat jika GBC mendukung Sunaryanta," tegas anggota sekaligus Wakil Ketua DPRD Gunungkidul itu. 

Deklarasi yang dipandu Aris Wirya  sore itu dihadiri Ketua Korwil GBC DIY Suhardiman, juga H. Sunaryanta dan rombongan.
 
Dalam sambutannya Mayor Sunaryanta menyatakan, dengan kesamaan pandangan serta kebersamaan, buah Pilkada 9 Desember akan terpetik bersama.

"Sedulur GBC terimakasih seluruh dukungan yang tulus terhadap saya," ujar Sunaryanta.

(Bambang Wahyu Widayadi)









Corona Amuk Pejabat, Pergerakan Masyarakat Patut Dibatasi

Sutrisna Wibawa
Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.PD, calon Bupati Gunungkidul menanggapi amukan Covid-19 di Indonesia. Pernyataan Sutrisna Wibawa terkait erat dengan pemberitaan, bahwa Ketua KPU RI Arif Budiman tertular Corona. Koalisi Tunda  Pilkada, minta Kantor KPU se Indonesia di tutup.  

"Saya ikut prihatin, pandemi covid-19 semakin merebak dan semakin mengancam jiwa manusia. Pemerintah dan masyarakat harus lebih tegas dalam melaksanakan protokol kesehatan," tulis Prof. Sutrisna Wibawa via aplikasi WhatsApp, (19/9/20). 

Karena implementasi di masyarakat belum sepenuhnya dilaksanakan, lanjut Profesor, maka  saya setuju ada sanksi bagi masyarakat yang tidak  melaksanakan protokol kesehatan. Penegak hukum mesti tegas, sebsb ketidakpatuhan bisa mengncam jiwa orang lain. Pemerintah perlu meminimalisir pergerakan masyarakat. 

Diminta lebih detail, apa perlu kembali ke lockdown total, Sutrisna Wibawa menolak.  Bukan lockdown,  kata dia, akan tetapi lebih tegas melaksanakan protokol kesehatan dengan melaksanaan aturan secara konsisten. 

Fakta terbaru, di Jakarta Ketua KPU Arif Budiman tertular. Kemungkinan besar juga pejabat lain, hanya saja belum terkabarkan. 

Menanggapi hal yang terakhir, Sutrisna Wibawa menyatakan, bahwa dia tidak tahu persis. 

"Karena saya belum melakukan pengamatan di Jakarta. Dengan pemberlkukan PSBP lagi berarti ada yang kurang. Di samping itu mobilitas di Jakarta cukup tinggi,  warganya berasal dari segala penjuru tanah air, bahkan dunia juga salah satu sebab mudah merebaknya Corona," pungkas Sutrisna Wibawa.  

(Bambang Wahyu Widayadi)

Jumat, 18 September 2020

Ziarah Politik: Kekuasaan Manusia Berakhir di Batu Nisan

Sunaryanta di Ndalem Benawan
Dipandu Gusti Raden Mas (GRM) Hertriasning (Gusti Aning) cucu Sri Sultan Hamengku Buwono Ke VIII, H. Sunaryanta bersama istri melakukan  ziarah kekuasaan Mataram dan Gunungkidul.
Sunaryanta merunut benang merah alias mrncari hubungan antara Babat Alas Mentaok  dengan Babat Alas Nongko Doyong.

Berangkat dari Ndalem Benawan di Jalan Ratawijayan No. 44, Calon Bupati yang diusung Partai Golkar dan PKB itu melacak kekuasaan Mataram Baru.

"Sebagai warga Jokja, sekaligus sahabat, saya harus mendampingi Mayor Sunaryanta. Saya berharap, niat beliau memimpin Gunungkidul dalam Pilkada 9 Desember 2020 diridhoi Allah SWT," tutur Gusti Aning, srbelum berangkat ziarah. 
Gusti Aning
Dia, Gusti Aning mengenakan Surjan lurik pranakan dengan jarik motif kawung. Sunaryanta dan istri juga berbusana adat Jawa lengkap. 

Setelah menikmati jamuan makan pagi, Gusti Aning dan istri mendampingi Sunaryanta  menuju Kota Gede, ke Makam Ki Ageng Pemanahan, Ki Juru Mrentani, dan Pasarehan Panembahan Senapati.
Ziarah di Makam Ki Ageng Pemanahan
Jam 10.30 Wib, Kamis 17/9/20, usai tabur bunga di  Makam Kota Gede, Rombongan Sunaryanta yang diliput 12 media nasional dan 7 media Jateng DIY, bergerak ke Pasarehan Raja Mataram di Jimatan Imogiri, Bantul. 

Rombongan tiba di Makam Raja Mataram bersamaan azan duhur. Di pusara Sultan Agung, Raja Mataram yang tersohor dengan keberaniannya menyerang Kumpeni di Batavia (sekarang Jakarta) para peziarah hampir 2 jam lebih.
Sunaryanta Tiba di Jimatan Imogiri
Melacak kekuasaan Mataram tidak cukup sampai di Makam Imogiri.  Sunaryanta bergerak ke Kalurahan Giring, Kapanewon Paliyan.
Di Makam Ki Ageng Giring
Di sana dimakamkan Ki Ageng Giring,  sahabat Ki Ageng Pemanahan yang nota bene tidak bisa dipisahkan dengan Babat Alas Mentaok.

Khalayak memahami, bahwa makam Ki Ageng Giring ada di Desa Sada, Paliyan. Itu tidak keliru,  papar Gusti Aning. Tetapi yang perlu dipahami dan diluruskan,  yang dikebumikan  di Sada itu adalah pakaian beliau, sementara jasad Ki Ageng Giring, menurut sejarah yang benar ada di Kalurahan Giring. 

Sampai di Giring, rangkaian Babat Alas Mentaok itu berakhir. Tentang Babat Alas Nongko Doyong, yang dilakukan Ki Demang Wana Pawira, yang juga diziarahi Mayor Sunaryanta pada hari yang sama, itu cerita sejarah yang berbeda.
Makam Demang Wana Pawira
"Persamaannya, ada di titik permulaan. Ki Pemanahan berkeringat untuk kerajaan besar Mataram Baru, sedang Ki Demang Wana Pawira selaku salah satu abdi dalem, bekerja keras untuk wilayah Kabupaten," timpal  Sulono (72), tokoh asal Desa Kemadang, yang ada di barisan Gusti Aning. 

Apakah Mayor Sunaryanta ini akan membuka atau membabat cara berfikir warga Gunungkidul, Sulana yang lahir  2 Februari 1948 ini mengaku tidak tahu persis.

"Yang saya pahami, ziarah yang beliau lakukan, tidak lebih dari mulat sarira hangrasa wani, bahwa kekuasaan manusia selalu berakhir di batu nisan," ulas Sulana. 

(Bambang Wahyu Widayadi)

Kamis, 17 September 2020

Immawan Mau Genjot Air Selama Tiga Setengah Tahun


Dr. Immawan Wahyudi mendampingi Hj. Badingah selaku Wakil Bupati selama dua periode. Secara tidak langsung dia mengakui,. Bahwa menangani  kekurangan air di Gunungkudul merupakan pekerjaan cukup melelahkan. Bersama Martanty Soenar Dewi, melalui akun Facebook dia berjanji akan menyelesaikan dalam kurun waktu 3,5 tahun.  

"Kekeringan selalu identik dengan Gunungkidul, ini akan menjadi perhatian khusus bagi pemerintahan Immawan-Martanty apabila mendapatkan amanah dari rakyat Gunungkidul," tulis petahana Wakil Bupati yang serius maju di Pilkada 2020 itu.

Lebih dari seratusan ribu rakyat Gunungkidul terdampak kekeringan manakala musim kemarau tiba. Kerjasama dengan pemerintah pusat, pemda DIY, maupun CSR BUMN dan perusahaan swasta termasuk optimalisasi PDAM Tirta Handayani, lanjut Immawan akan kita genjot dalam pemberantasan kekeringan. 

Menurutnya, Gunungkidul punya sejumlah potensi berkaitan dengan sumber air, bisa dari penyedotan sungai Oya, sungai bawah tanah, hingga penyulingan air laut yang bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya. 

"Saya ingin ke depan, seluruh saluran rumah tangga PDAM Tirta Handayani harus berfungsi. Jangan sampai hanya keluar angin saja seperti sekarang ini, atau keluar air seminggu sekali," tekadnya. 

Foto ini, demikian dia melampirkannya di FB, adalah kegiatan dropping air bersih yang merupakan bantuan dari relawan Immawan-Martanty kepada masyarakat di sejumlah titik. 

Immawan berjanji,  kalau itu memperoleh amanah. Seperti diketahui berdasarkan undang-undang, jabatan Bupati setelah Badingah mulai 2021 sampai 2024.

Pada masa kekeringan semacam ini, tuturnya,  kegiatan dropping air akan kita terus lakukan untuk membantu saudara-saudara kita yang mengalami kesulitan air bersih. Semoga bisa meringankan beban mereka.

Bambang Wahyu Widayadi

Sunaryanta Merangsek Lumbung Suara PAN

Sunaryanta, di Cabean
Para bakal calon bupati terus bergerak menggaet simpati masyarakat. Aksi turun ke dusun dan desa terus dilakukan. H. Sunaryanta terbilang sangat berani. Bakal calon bupati yang. diusung  Golkar dan PKB  mendatangi ladang suara PAN di Cabean, Ngestirejo, Tanjungsari.  

Lokasi tersebut dalam Pileg 2019 mutlak dimenangkan oleh PAN, karena di sana ada  Anwarudin, sekretaris DPD PAN Gunungkidul.  

Agus tokoh  setempat, mengatakan bahwa  wilayahnya ketika Pileg memang mutlak dimenangkan  PAN. Namun begitu, kata dia, dalam pilkada kali ini warga  banyak yang mendukung Sunaryanta-Heri Susanto.  

"Sekitar 4.800 pemilih ditargetkan  2.500 suara mendukung Sunaryanta," kata Agus, Rabu malam (16/09/2020).  

Dia menegaskan, dukungan ini diberikan karena pertimbangan figur. Warga, menurutnya rata-rata bukan orang partai sehingga tidak masalah ketika pileg dan pilkada berbeda pilihan. 

"Ketika pileg kami  memilih PAN. tetapi kami bukan kader partai, sehingga kami sepakat mendukung Sunaryanta," tandas dia.  

Berdasarkan pantauan media di lokasi, ratusan warga yang hadir dalam jamuan makan malam di Cabean Ngestirejo, Tanjungsari tersebut  sangat meriah. Beberapa kali yel "Suanryanta Menang" diteriakkan massa pendukung.  

"Saya siap berjuang untuk memenangkan Sunaryanta," tandas Agus tanpa ragu. 

Sunaryanta menyambut baik dukungan dan semangat masyarakat terhadap pemenangan dirinya. Ia  berpesan untuk tetap santai dan menikmati pesta demokrasi tanpa menjatuhkan satu sama lain.
  
"Mari  kerukunan keguyuban dan paseduluran kita kedepankan," ucap Suanryanta. 

Pada malam yang sama, Sunaryanta juga bertemu dengan ratusan massa pendukung di wilayah Baleharjo, Kapanewon Wonosari.  

Dia, dalam kesempatan tersebut meminta doa restu dan dukungan dalam pemenangan dirinya di Pilkada 9 Desember 2920.   

(Bambang Wahyu Widayadi)


Senin, 14 September 2020

Mayor Berlari Menjemput Rintisan Budidaya Herbal dan Gedung RA Masyitoh

Mayor di Gunung Kunir
Konsisten dengan tema lari mengejar ketertinggalan,  Mayor Sunaryanta, bergerak ke Gunungkunir serta ke Kwarasan Tengah Senin, 14/9/20.

Ke Gunungkunir, Padukuhan Tegalsari, Desa Semin, Kapanewon Semin, H.  Sunaryanto membuka rintisan budidaya herbal, setelah sebelumnya dia lari 3 Km dari pintu gerbang perbatasan, dusun setempat.

"Kehadiran serta partisipasi H. Sunaryanta di Tegalsari sangat berpengaruh terhadap terwujudnya budidaya herbal Gunung Kunir," kata Ketua Kelomopok Rintisan Herbal, Totok Mursita. 
Jamu herbal, menurut Totok berkhasiat untuk meningkatkan kekebalan tubuh dari ancaman  Covid-19, di samping   harus rutin berolahraga seperti H. Sunaryanta.

Di Gunung Kunir, Sunaryanta ngobrol dengan  300-an anggota kelompok Wanita Tani.

"Perhatian penuh harus diberikan kepada kelompok pembudidaya seperti ini. Saya yakin kelompok lain  dengan semangat yang sama melakukan hal serupa, termasuk jenis budidaya 
lainnya," ujar H. Sunaryanta.

Dari Gunung Kunir Sunaryanta bergeser ke Padukuhan Kwarasan Tengah, Desa Kedungkeris, Kapanewon Nglipar. 
Peletakan batu pertama RA Masyitoh

Di sana, dia didaulat melakukan  peletakan batu pertama pembangunan gedung Raudhatul Athfa (RA) Masyitoh.

“Pendidikan sangat penting karena hal ini merupakan bagian utama dalam membentuk mental karakter bangsa," ujar Sunaryanta, saat beramah tamah dengan jajaran pendidik RA Masyitoh.

(Bambang Wahyu Widayadi)

Perempuan Lansia Pegiat Lingkungan Sebarkan Ilmu Pepaya Vege

Mudi Lestari 
Mudi Lestari (68), warga RT 28 Re 07, Padukuhan Putat Wetan, Kalurahan Putat, Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah  Istimewa Yogyakarta  mencoba belajar menangkarkan pepaya dengan cara mencangkok. 

"Saya belajar pada pepaya Vege. Itu adalah akronim untuk memudahkan penyebutan. Kepanjangannya adalah Vegetatif-Generatif," tuturnya, Senin (14/9/20).  

Dia memaparkan, bahwa pepaya bisa dikembangkan secara vegetatif. Artinya, dari batang alias dicangkok. Padahal, kata Perempuan bercucu lima itu, cara yang lazim, pepaya diperbanyak dengan cara generatif, atau dari biji buah.
"Mulanya, saya iseng Googling saja. Saya lakukan percobaan sekitar pertengahan Juli 2020. Ternyata akhir Agustus 2020, cangkokan itu telah berakar," ujar pegiat lingkungan yang tak pernah berhenti kampanye melipatgandakan lumbung pangan secara outdoor itu. 

Maria Helena Mudilestari, demikian nama lengkap aktifis yang pernah mencicipi Kampus IKIP Karangmalang, jurusan Bahasa Jawa itu. Dia mengaku belajar bersama ibu-ibu PKK di Desa dan Dusun, tempat dia bermukim. 

Menurutnya, ketika tangan kaum ibu trampil mengolah alam sekitar rumah, maka cadangan pangan, lumbung pangan out door akan selalu tersedia.  

Kuncinya,  tandas Mudi Lestari, senang dan telaten ngupokoro tanduran. Jenis apapun, kalau perlu ditanam di seputar rumah, cukup dengan media pot, atau polyback.
 "Teras rumah harus menjadi seperti toserba untuk mencukupi keperluan dapur" imbuh Mudi Lestari.  

Kalimat di atas, dia ulang-ulang, setiap bertemu dengan sesama perempuan desa.  

Dia, membudidayakan aneka macam tanaman  sekitar rumah, karena diilhami seruan yang selalu berkumandang dalam sanubarinya.  

Setiap manusia, demikian getaran  yang dia pegang teguh,  adalah utusan Allah. Manusia harus menyelamatkan bumi, dan bukan merusaknya.  

"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan."

Saya, ujar perempuan yang lahir di Ngawi, Jawa Timur 22 Maret 1952 itu, selalu berdoa dengan tangan dan perbuatan.  

Hanya kepada Allah Medilestari memohon, kelancaran segala urusan. Tidak terkecuali tanaman pepaya Vege percobaan yang dia lakukan.  

Yang menentukan keberhasilan, sampai berbuah misalnya, adalah Tangan Agung Allah Ta'ala, bukan kreatifitas tangannya. 
Cangkok, belum diturunkan dari batang induk
"Manusia ora isa apa-apa. Tapi nek Gusti Allah, apa-apa Isa," pungkas Mudi Lestari, mengutip pernyataan Gus Miftah. 

(Bambang Wahyu Widayadi)  

Minggu, 13 September 2020

Sehari Penuh: Sunaryanta Gugur Gunung, Jenguk Omah Kobong dan Main Layang-Layang

Suwandi Kurniawan
H. Sunaryanta, H. Sutiyo, Ketua DPC PKB Gunungkidul dan rombongan, meminjam ideomatika Jawa, melakukan giat "njajah desa Milang Kori" (keliling desa menghitung pintu, Minggu, 13/9/20. Dia bertemu dengan hampir seribu warga di tiga tempat yang berbeda.   

Pagi hari bertemu dengan 500 warga, bahkan lebih, dari enam Padukuhan, di desa Banjarejo, Kapanewon Tanjungsari, yang sedang gugur gunung membuat jalan lingkar sepanjang 0,5 Km, lebar 4 meter.   

Team sukses internal pemenangan Bupati, mengirim 500 nasi bungkus kepada warga yang melaksanakan kerja bakti. 

"Pagi ini kami sarapan pagi nasi bungkus, bersama Mayor Sunaryanta," ujar Dukuh Wangen Satu, Suwandi Kurniawan, bersama warganya, di titik nol pertemuan jalan lingkar Padukuhan Keruk menuju Jambu, Desa Banjarejo, Kapanewon Tanjungsari.
Warga sarapa nasi bungkus
Menurut Dukuh Suwandi, jalan yang dibangun sebagian kecil milik warga  sementara yang paling banyak adalah tanah lungguh. 

Pekerja yang di Padukuhan Jambu, menurut Lurah setempat sebagian belum menerima jatah sarapan nasi bungkus. 

"Tidak masalah, telah diatasi dan dicukupi Desa," kata Lurah Banjareja. 

Siang hari H. Sunaryanta ke Padukuhan Soca, Desa Banyusoca, Kapanewon Playen. Dia menyempatkan diri menengok keluarga mbok Yatimah (58) yang rumahnya terbakar, Sabtu 12/9/20 kemarin. 

Di bekas puing dan reruntuhan rumah Sunaryanta disambut kyai Bardan, sesepuh Nahdlatul Ulama Gunungkidul.
Sunaryanta Jenguk Mbok Yatimah
Usai silaturahmi dengan Mbok Yatimah Sunaryanta menemui pemilik Pondok Pesantren Nurul Falah, Kyai Haji Hudi Romad. 
Sunaryanta singgah di Ponpes Nurul Falah
Bakda solat duhur, Rombongan H. Sunaryanta makan siang, berlanjut ke Desa Wuladek, Karangmojo, berbaur dengan ratusan penggemar layang-layang.

"Bermain layang-layang bagi warga Wuladek merupakan, rekreasi khas, meski hanya musiman"  ulas salah satu peserta. 

(Bambang Wahyu Widayadi)

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...