Sunaryanta, berangkat ke KPU tanggalkan mobil |
"Mas Sunaryanta dan Mbak Diah, kami tunggu Anda hingga menyentuh garis finis".
Seruan itu awalnya berkumandang hanya di padukuhan Kwarasan Wetan, Desa Kedungkeris Kapanewon Nglipar.
Karena terbawa angin, kini merambat dan menyebar ke 143 Desa, di 17 Kapanewon lain di Gunungkidul.
Sunaryanta, didampingi istri (Diah Purwanti) menurut rencana bakal mendaftar sebagai Calon Bupati ke KPUD Gunungkidul Minggu 6/9/20 jam 14.00 Wib. tidak naik kendaraan atau mobil, tetapi berlari.
"Benar, jarak tempuhnya sesuai Google map tidak kurang dari 7,3 Km," ujar Ratno Pintoyo, Ketua Pemenangan Internal H. Sunaryanta, di Kwarasan Wetan, Kamis, 3/9/20.
Berlari, imbuh Ratno Pintoyo, adalah simbol untuk mengawali alias mengejar ketertinggalan Gunungkidul dari 4 Kabupaten lain di DIY.
"Berlari, hingga hilang pedih peri....." kutip Ratno Pintoyo atas sepenggal sajak karya Penyair Angkatan 45, Chairil Anwar.
Terpisah, Ketua Sabuk Merah, Slamet, S.Pd. MM Guru dan Kepala Sekolah, saat Sunaryanta, belajar di SMA Kartika, mendukung ide mantan siswanya yang kini ikut berkompetisi di Pilkada 2020.
Menurut Slamet Harjo, Sunaryanta sebagai anak petani, sudah sepantasnya ingat kacang akan kulitnya.
Waktu sekolah dulu, demikian Slamet bertutur, dia berjalan kaki. Saat ini, meski hidupnya meraih sukses, kendaraan atau mobil bukan satu-satunya fasilitas.
Sunaryanta anak petani |
"Kaki yang kokoh adalah cikal bakal man sana incorpure sano. Gunakan sebaik-baiknya untuk berjalan, dan berlari bersama seluruh lapisan masyarakat Gunungkidul," pinta Slamet kepada mantan muridnya.
Terik matahari, imbuh Slamet Harjo, bukan halangan, karena elemen manusia itu adalah Bumi, Geni, Banyu, Angin.
"Kutunggu di garis finis, hingga memenangkan kompetisi," tutup Slamet.
(Bambang Wahyu Widayadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda