Jumat, 18 September 2020

Ziarah Politik: Kekuasaan Manusia Berakhir di Batu Nisan

Sunaryanta di Ndalem Benawan
Dipandu Gusti Raden Mas (GRM) Hertriasning (Gusti Aning) cucu Sri Sultan Hamengku Buwono Ke VIII, H. Sunaryanta bersama istri melakukan  ziarah kekuasaan Mataram dan Gunungkidul.
Sunaryanta merunut benang merah alias mrncari hubungan antara Babat Alas Mentaok  dengan Babat Alas Nongko Doyong.

Berangkat dari Ndalem Benawan di Jalan Ratawijayan No. 44, Calon Bupati yang diusung Partai Golkar dan PKB itu melacak kekuasaan Mataram Baru.

"Sebagai warga Jokja, sekaligus sahabat, saya harus mendampingi Mayor Sunaryanta. Saya berharap, niat beliau memimpin Gunungkidul dalam Pilkada 9 Desember 2020 diridhoi Allah SWT," tutur Gusti Aning, srbelum berangkat ziarah. 
Gusti Aning
Dia, Gusti Aning mengenakan Surjan lurik pranakan dengan jarik motif kawung. Sunaryanta dan istri juga berbusana adat Jawa lengkap. 

Setelah menikmati jamuan makan pagi, Gusti Aning dan istri mendampingi Sunaryanta  menuju Kota Gede, ke Makam Ki Ageng Pemanahan, Ki Juru Mrentani, dan Pasarehan Panembahan Senapati.
Ziarah di Makam Ki Ageng Pemanahan
Jam 10.30 Wib, Kamis 17/9/20, usai tabur bunga di  Makam Kota Gede, Rombongan Sunaryanta yang diliput 12 media nasional dan 7 media Jateng DIY, bergerak ke Pasarehan Raja Mataram di Jimatan Imogiri, Bantul. 

Rombongan tiba di Makam Raja Mataram bersamaan azan duhur. Di pusara Sultan Agung, Raja Mataram yang tersohor dengan keberaniannya menyerang Kumpeni di Batavia (sekarang Jakarta) para peziarah hampir 2 jam lebih.
Sunaryanta Tiba di Jimatan Imogiri
Melacak kekuasaan Mataram tidak cukup sampai di Makam Imogiri.  Sunaryanta bergerak ke Kalurahan Giring, Kapanewon Paliyan.
Di Makam Ki Ageng Giring
Di sana dimakamkan Ki Ageng Giring,  sahabat Ki Ageng Pemanahan yang nota bene tidak bisa dipisahkan dengan Babat Alas Mentaok.

Khalayak memahami, bahwa makam Ki Ageng Giring ada di Desa Sada, Paliyan. Itu tidak keliru,  papar Gusti Aning. Tetapi yang perlu dipahami dan diluruskan,  yang dikebumikan  di Sada itu adalah pakaian beliau, sementara jasad Ki Ageng Giring, menurut sejarah yang benar ada di Kalurahan Giring. 

Sampai di Giring, rangkaian Babat Alas Mentaok itu berakhir. Tentang Babat Alas Nongko Doyong, yang dilakukan Ki Demang Wana Pawira, yang juga diziarahi Mayor Sunaryanta pada hari yang sama, itu cerita sejarah yang berbeda.
Makam Demang Wana Pawira
"Persamaannya, ada di titik permulaan. Ki Pemanahan berkeringat untuk kerajaan besar Mataram Baru, sedang Ki Demang Wana Pawira selaku salah satu abdi dalem, bekerja keras untuk wilayah Kabupaten," timpal  Sulono (72), tokoh asal Desa Kemadang, yang ada di barisan Gusti Aning. 

Apakah Mayor Sunaryanta ini akan membuka atau membabat cara berfikir warga Gunungkidul, Sulana yang lahir  2 Februari 1948 ini mengaku tidak tahu persis.

"Yang saya pahami, ziarah yang beliau lakukan, tidak lebih dari mulat sarira hangrasa wani, bahwa kekuasaan manusia selalu berakhir di batu nisan," ulas Sulana. 

(Bambang Wahyu Widayadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...