Deviasi politik atau penyimpangan politik terjadi dalam pilkada Gunungkidul tahun 2020. Ada kemungkinan bahwa deviasi politik di Gunungkidul merupakan satu-satunya yang terjadi di Indonesia.
Penyimpangan pertama, sebut saja menimpa Immawan Wahyudi - Martanty Soenar Dewi. Dalam konteks pilkada, mereka berdua mengikuti uji kepatutan di Partai Golkar, tetapi endingnya pasangan itu justru diterima di Partai NasDem.
Partai Nasional Demokrat Gunungkidul, di bawah kendali Suparja, SIP mempunyai tokoh sangat berkelas. Dia adalah Dr. Wahyu Purwanto, mantan rektor UGK malah sepertinya sengaja tidak diusung, termasuk mantan Banteng Ketaton Suharno, SE.
Peristiwa Immawan-Martanty ibarat siswa mencari sekokah. Mereka mengerjakan soal ujian masuk SMA, entah faktor apa terjadi abdurditas, diterima di salah satu perguruan tinggi.
Tidak kalah aneh dan abdurd, NasDem yang jelas memiliki jago wiring kuning, malah memilih jago Wido klawu bendha.
Deviasi politik yang kedua menimpa Partai Amanat Nasional (PAN).
Defakto dejure, Immawan Wahyudi itu politisi dan kader PAN yang sangat militan. Dia dibuang layaknya (maaf) gelandangan politik. DPP PAN kemudian ngotot mengusung tokoh lain yang dibandrol PAN, gara-gara memenuhi syahwat politisi muda yang di Bantul terlunta-lunta, kemudian dipaksakan di Gunungkidul.
Dua penyimpangan di atas mau tidak mau berakibat buruk bagi partai berlambang matahari yang saat ini dikomandani Zulkifli Hasan itu.
Meminjam istilah Patwara Wibawa, PAN Gunungkidul menjadi rojah-rajeh, sebagian ikut Immawan, sebagian yang lain fanatik pada Mahmud Ardi Widanto.
Deviasi ketiga, DPP Partai Golkar dan PKB menurunkan SK kepada Sunaryanta-Heri Susanto waktunya sangat mepet dengan hari pendaftaran pasangan calon ke KPU yang menurut jadwal dibuka tanggal 4 September 2020 dan ditutup 6 September tahun yang sama.
Partai Gerindra begitu juga. DPD Gerindra DIY secara formal telah melakukan uji kelayakan pada Sunaryanta, tetapi hingga berita ini tayang, SK diberikan kepada Sunaryanta, atau ke Sutrisna Wibawa, belum juga ada kepastian.
Ada apa dengan Sunaryanta, SK Penetapannya, turun sedemikian seret? Seperti ada palang besi melintang di depannya. Ini sisi menarik, tetapi tidak mudah dijelaskan.
Deviasi keempat, pembangkangan Wasekjen Partai Demokrat DPC Gunungkidul dan 18 PAC. Mereka tidak mendukung Sutrisna Wibawa, melainkan Sunaryanta, tetapi dibiarkan tanpa sanksi apapun.
(Bambang Wahyu Widayadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda