Selasa, 02 Agustus 2016

Guru Cantik Bertani di Berkebun



Bu guru potong rumput
Bertani / berkebun sering dipandang remeh bagi sebagian besar mayarakat yang terkooptasi oleh industrialisasi. Tidak demikian halnya bagi Bu Guru TK yang berparas lumayan cantik ini. Di sela kesibukan mengajar, terutama hari minggu atau hari libur lain, dia mengolah kebun peninggalan kakeknya, dengan cara yang dia pilih sendiri.

Baginya hidup itu indah, sepadan dengan keindahan alam. Menikmati keindan hidup, mengutip sepotong lirik Ebit GAD, orang harus bersahabat dengan alam, dan bukan memusuhinya.

“Oleh sebab itu kelahiran harus dijalani, kematian harus disyukuri. Lahir bukan sekedar untuk lahir, tetapi untuk mati di kehidupan yang maha penting dan panjang. Bekal  di kelanggengan adalah karya terbaik yang berfanfaat untuk alam dan penghuninya. Menjadi guru TK dan berkebun adalah dunia yang berbeda, tetapi saya suka,” ujar ibu tiga anak, Senin, 1/8/2016.

Apa yang dia sukai itu yang dia kerjakan. Tangan yang biasa pegang pulpen dan membolak-balik buku prestasi siswa didik, ternyata trampil juga mengangkat mesin pemotong rumput untuk lahan persiapan perkebunan unik yang dia kembangkan.

“Ide itu tiba-tiba mencul begitu saja. Ilham? Enggak tahu apalah namanya, yang jelas saya hanya mengamati tapak yang pernah dilakukan kakek. Kebun seluas kurang lebih 300 meter persegi itu isinya bervariasi. Rata-rata tanaman keras berupa petai, kokosan, rambutan, durian, sawo bludru, serta kayu-kayuan,” ujarnya.

Dia mengaku tidak mungkin menyami kegagahan kakeknya menanam buah-buahan  serta kekayuan. Dengan utak-utik tanah di dalam polyback dia menjajal membudidayakan pandan wangi (Pandanus amaryllifolius). Dilihat dari hasil pertumbuhan, propek serta manfaat, lumayan mengejutkan.

“Sama sekali saya tidak pernah mengira bahwa ekstrak daun pandan wangi dapat digunakan sebagai alternatif  larvasida yang ramah lingkungan, untuk mencegah penyebaran  Demam Berdarah
Dengue (DBD)” ungkapnya setengah heran.

Awalnya yang dia tahu, pandan wangi sebatas untuk penyedap masakan, untuk pelengkap aroma madu mongso, kolak,  pengharum nasi dan sejenisnya.

Ternyata, kata dia, Bangkit Ary Pratama, Dwi Astuti, dan Ambarwati dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta menyarankan, agar pemerintah menggunakan ekstrak daun
pandan wangi dapat sebagai pengganti larvasida sintetis untuk mengendalikan nyamuk Aedes
aegypti, agar kasus DBD bisa menurun.

“Begitu banyak membaca, saya menyadari, bahwa tanaman obat sangat penting dibudidayakan di emperan rumah, tak harus serakah menggarap lahan luas,” ungkap Bu Guru TK asal kecamatan Patuk yang setiap hari mengajar TK di Desa Kelor, Kecamatan Karangmojo ini.

Ditanya soal jati diri, dia mengutip ucapan filosuf Yunani, apalah artinya sebuah nama. Menurutnya itu tidak penting, yang utama adalah karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...