Selasa, 09 Agustus 2016

MENDIKBUD BARU KOMEDI BARU



Di tengah pro kontra pencopotan Mendikbud Anies Baswedan 27/7/16 lalu, Muhadjir Efendy sebagai Mendidbud penggati melempar gebrakan yang memperkokoh stigma, ganti mentri ganti program.

Anggota DPRD DIY dari Fraksi Golkar, Slamet SP.d  militan asal Kecamatan melihat, wacana itu karena keceplosan. Dari sisi lain Dodi Wijaya Ketua Komisi D DPRD Gunungkidul, berseberangan dengan Slamet.

“Ful day school itu gagasan setengah bercanda, maka gak usah ditanggapi serius. Maklum, pejabat baru keceplosan,” ujar Slamet, di Nglebak, Nglipar, Selasa 9/8/2016 petang.

Pada hakekatnya menurut Slamet belajar adalah nyinau kehidupan (learning a life) bukan learning academic things meraih penguasaan akademik sebanyak-banyaknya dan setinggi-tingginya.

“Belajar kehidupan sehari penuh itu oke, sepanjang semua subsistem sudah siap dan mendukung. Tetapi dengan segala keterbatasan, baik konsep sistemik, konperhensif, ketersediaan program pendidikan, SDM, infrastruktur, dukungan dana pemerintah pusat, pemda, orang tua serta masyarakat, masih belum jelas, maka kebijakan penerapan sekolah sepanjang hari tersebut sebaiknya dilakukan evaluasi total,” kata Slamet.

Keputusan yang diambil, menurutnya agar lebih implementatif. Pendidikan karakter semua pihak setuju. Namun harus ada tolok ukur yang jelas. Tujuannya, kata dia, untuk menghindari citra buruk, ganti mentri ganti program. Mentri baru  komedi baru.

Ditanya, apakah Muhadjir Efendy itu bercanda atau mencuri perhatian Slamet bilang, “Ya, di tengah kontroversi penngantian Mendikbud malah bikin statemen yang mengejutkan”.

Menyitir yang sering dikemukakan Heri Nugroho, anggota DPRD Gunungkidul, supaya tidak melanggengkan idiom Jawa seje silit seje anggit.   

Dinilai publik, rupanya Muhadjir Efendy sungkan menggenjot kekurangan Anies Baswedan yang dianggap tidak lihai menjual Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Ketua Komisi D DPRD Gunungkidul Dodi Wijaya melihat dari sisi yang berbeda. Dia menyatakan, sekolah, masyarakat, dan orang tua tidak perlu kaget dengan adanya rencana Mendikbud yang baru.

“Belum semua menerapkan, tetapi di Gunungkidul banyak sekolah yang memulangkan siswa didiknya hingga jam 16.00. Rencana  Mentri, menurut saya bukan sesuatu yang baru,”  tandasnya.

Bahkan, demikian Dodi menambahkan, pondok pesantren jam pelajaran lebih panjang dari rencana Mendikbud.

“Yang menjadi kedala serius menurutnya adalah SDM kependidikan. Mencukupi atau tidak jumlah mereka untuk menghandel rencana tersebut. Kalau tidak kan harus mengangkat THL, dana diambil dari mana, ”  tanya Dodi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...