Arcandra Tahar. Net |
Kabinet
Presiden Joko Widodo Jilid I ributnya luar biasa. Di ujung kejengkelannya,
Jokowi mencopot sejumlah mentri yang banyak bersilat lidah di depan publik. Di
dalam Kabinet Jilid II, ternyata ribut-ribut itu masih ada, meski dengan riak
yang berbeda. Celakanya, keributan itu lebih
heboh, karena sampai menapuk Istana.
Belum ada seminggu dilantik, Muhadjir
Effendi, yang ditugasi sebagai komandan pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
jualan ide, sekolah sepanjang hari. Bukan hanya publik yang mencela. Mentri
Sosial Kofifah Endar Parawansa pun terpancing mengomtari ide Muhadjir.
Manakala yang komentar pakar, itu wajar dan
proporsional. Ini Mensos, apa urusannya dengan pendidikan? Soal keterkaitan
memang ada, tetapi masalah kapling profesionalitas, komentar Mentri Sosial itu kalau
Muhadjir merespon, akan sama dengan tabiat Rizal Ramli Mentri Kemaritiman berantem
dengan Sudirman Said Mentri ESDM. Untung, Komentar Kofifah Endar Parawansa,
tidak dikembangkan oleh media.
Lebih heboh lagi, isu yang menerpa Arcandra
Tahar, Mentri ESDM pengganti Sudirman Said. Delapanbelas hari Kabinet Jilid II
berjalan terjadi gegeran hebat terkait masalah dugaan paspor ganda yang dimiliki
Arcanda Tahar.
Semua stake holder, pakar ketatanegaraan,
juga publik ramai memberi komentar. Sementara itu pihak Istana memberikan
keterangan, namun dinilai tidak menjawab substansi persoalan.
Aloknya orang awam, la wingi piye, milih mentri kok ora diteliti kanthi permati?
Katanya itu hak prerogatif Presiden. Ah yang bohong, pasti sebelumnya ada orang
yang mbujuki Presiden Jokowi
untuk mengangkat Arcandra Tahar. Artinya, pasti ada pra-prerogatif. Bahasa
kerennya ada pembisiklah.
Sekarang sedang diusut soal isu dwi-kewarganegaraan
Arcandra Tahar. Kalau terbukti, kata para pakar dia harus diberhentikan dari
jabatan Mentri ESDM. We la, Presiden Jokowi bakal dikeploki dunia. Mengangkat Mentri ternyata bermasalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda