|
Nawa Cita 4 |
Nawa Cita 4 dijabarkan menjadi 9 program teknis
menyangkut reformasi sistem penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. Program satu sampai sembilan
memiliki keterkaitan yang tidak terpisah-pisah.
Membangun politik legeslasi yang kuat, merupakan item
pertama Nawa Cita 4. Jokowi bertekad melakukan pemberantasan korupsi, penegakan
HAM, perlindungan terhadap lingkungan hidup, serta reformasi lembaga penegak
hukum.
Poin kedua, Jokowi berjanji memperkuat lembaga anti
rasuah KPK. Ketiga, memberantas mafia peradilan. Keempat, meberantas penebagan
liar, perikanan liar dan penambangan liar.
Kelima, Jokowi melakukan pemberntasan narkoba
psikotropika. Keenam fokus pada pemberantasan tindak kejahatan perbankkan serta
pencucian uang. Keenam, Jokowi menjamin kepastian hukum hak kepemilikan tanah.
Ketujuh, Jokowi gigih melindungi anak, perempuan, dan
kelompok masyarakat marjinal. Kedelapan, dia menghormati HAM dan menyelesaikan
secara berkeadilan atas kasus pelanggaran HAM masa lalu. Yang terakhir, kesembilan
Jokowi membangun budaya hukum.
Menyangkut pemberantasan korupsi di item satu, langkah
Jokowi terseok-seok. Delapan belas anggota DPRD Kota Malang dan tiga puluh
delapan anggota DPRD di Sumatera yang ditangkap KPK merupakan tamparan keras.
Janji untuk memperkuat KPK oleh sebagian besar
pengamat, Jokowi dinilai lemah. KPK ragu
menghadapi skandal Bank Century, Presiden Jokowi malah lebih bimbang. Ketegasan
sebagai pemimpin tidak nampak. Diduga, meski dia menjabat dua periode, kandal Century
tidak akan selesai, karena menyangkut
nama-nama besar di negeri ini.
Soal penambangan liar, khusus yang terjadi di
Gunungkidul, tidak ada ketegasan dalam penegakan aturan. Penggempuran bukit
kapur, yang kewenangannya ditarik ke level propinsi, terus berlanjut hingga
2018 sulit dihentikan.
Menyebut kasus narkoba, di Indonesia tidak mereda,
bahkan sebaliknya. Peredaran barang haram itu malah dikendalikan dari balik
jeruji. Kasus Kalapas Purworejo menjadi
salah satu bukti, bahwa memotong jaringan narkoba tidak semudah orang
membalikkan telapak tangan.
Memberi kapastian hukum hak atas tanah terhadap 9 juta
bidang dilakukan, tetapi ekses carut marut pungutan di tingkat lapangan tidak
mudah dimonitor. Jokowi hanya bermain gertak, para Bupati tidak berani berbuat
banyak.
Melindungi kelompok masyarakat yang terpinggirkan dari
tekanan kebutuhan energi listrik, BBM, gas LPG 3 Kg, dan tataniaga beras juga
daging, Kabinet Jokowi benar-benar kedodoran.
Jokowi termasuk tak sanggup membongkar kasus HAM masa
lalu, terbuhuhnya aktifis Munir. Bahkan yang di depan mata, Polri tidak kunjung
menemukan pelaku penyiriraman mata kanan Novel Bawwedan. Ini kegagalan yang
suka tidak suka adalah tanggung jawab Jokowi.
Membangun budaya hukum, identik dengan menegakkan
keadilan. Jokowi dalam hal ini kurang jeli, seharusnya dia memilih menegakkan
keadilan, karena di dlamnya akan terjadi penegakan hukum.