Percaturan politik Pilkada Gunungkidul 2020, menurut Ratno Pintoyo, makin dinamis. Dilihat dari kacamata Pusat-Daerah, menurut Ben Anderson, itu dalam pengaruh penataan cakar kekuasaan.
Terlepas dari iya atau tidak, berdasarkan kabar terbaru Ratno Pintoyo menyatakan, NasDem bakal mengusung Bacalon Bupati dan Wakil Bupati tanpa berkoalisi.
Pilpres 2024, begitu rapat pertaliannya dengan Pilkada Serentak 2020, seperti dua sisi mata uang. Para penggede parpol, alias Ketua-Ketua DPP tergiur akan Kursi RI-1 dan RI-2.
Oleh sebab itu, Kabupaten Gunungkidul menjadi sangat sexsi, kata mantan Sekda, Budi Martono.
Ben Anderson menulis, kekuasaan itu seperti lampu sokle. Memancar dari Jakarta begitu kuat, sampai di DIY melemah.
Agar sampai di Gunungkidul sama kuatnya dengan yang dari Jakarta-DIY, maka disambunglah satu sokle baru. Berikutnya, biar dari Kabupaten sampai ke Desa juga kuat, maka ditambah satu lagi dan seterusnya.
Menurut Ben Anderson, itulah yang dilakukan Soeharto selama 32 tahun, bersama Golkar. Generasi atau politisi setelahnya, terlihat masih meniru cara Soeharto, dalam menancapkan cakar kekuasaan di daerah.
Kalau pecalonan Bupati dan Wakil Bupati Gunungkidul 2020, seperti teraduk-aduk, itu tidak bisa dilepaskan dari kepentingan Kursi Presiden dan Wakil Presiden 2024.
Dalam fabel (cerita dunia binatang) itu mirip Keong menghajar Kancil di tepian parit, tatkala lomba lari.
Bahasa ketatanegaraan mengisyaratkan, Gunungkidul itu bukan negara bagian, tetapi bagian dari NKRI.
(Bambang Wahyu Widayadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda