Senin, 03 Agustus 2020

PERANG DI PILKADA SERENTAK 2020

Model dan strategi kompetisi dalam Pilkada Serentak 9 Desember 2020 bisa bermacam-macam. Bakal Pasangan Calon (Bapaslon) satu dengan lainnya menggunakan cara yang berbeda, tetapi tujuannya sama yaitu melumpuhkan kekuatan rival untuk memenangkan perebutan Kursi Gunungkidul-1. 

Ada yang menggunakan cara penetrasi atau infiltrasi langsung ke jantung suara, meski KPUD Gunungkidul belum mengumumkan daftar pemilih tetap (DPT). 


Calon pemilih yang masih relatif cair disodori puluhan program, meski dalam bahasa yang tidak gampang dipahami.  


Kadang program itu justru bukan kebutuhan riel warga Gunungkidul, karena masih berupa emosi Bapaslon yang rupanya tidak begitu paham kondisi daerah secara holistik.  


Meski begitu, Bapaslon yakin menang dengan gebrakan kepung wakul baya mangap.  
 Bukan satu hal yang elok, ada pula yang menduplikasi strategi perang ala Barata Yudha dengan memilih langkah sapit urang.  

Hal itu pernah dilakukan Kolonel Sudirman dalam menghadang Sekutu yang berlabuh di Semarang. 

Palagan Ambarawa, adalah prototipe penerapan strategi sapit urang. 


Pasukan ditata, ada yang di ekor, di badan, di kepala, dan di kedua sapit, siap mengeruk suara calon pemilih. 
  
Ada strategi baru, yang dalam perang Pilkada  disebut jebakan Kantong Semar.  

Bunga kantong semar di bagian ujung daun terdapat sulur yang termodifikasi membentuk kantong, alat perangkap yang digunakan menjebak serangga seperti pacet anak kodok untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang tidak tersedia di habitat kantong semar tumbu

Implementasinya, calon pemilih yang tersebar di 1.431 Padukuhan diposisikan paralel dengan serangga.  

Bapaslon memerankan magnet. Biji besi yang  halus tersedot, hampir tanpa sisa.  


(Bambang Wahyu Widayadi)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...