Parpol pengusung Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Pilkada 2020 pada umumnya berpendapat, untuk memenangkan kompetisi, yang utama adalah mengamankan suara Pileg 2019.
Ari Sisiswanto Ketua DPD PKS Gunungkidul misalnya, selalu menyatakan, bahwa 38.000 suara hasil Pileg 2019, harus dijaga ketat oleh 3.500 relawan yang disebar di 144 Desa.
"Utamanya yang berada di basis atau kantong suara," ujar Ari Siswanto di berbagai kesempatan.
Partai lain akan sepikiran dengan PKS, sehingga kotak dan kapling wilayah suara, telah terpetakan dengan rapi, meski suara pileg tidak selalu berbanding lurus dengan Pilkada.
Seluruh parpol pengusung bacalon tentu saja tidak tinggal diam. Perang sudah dimulai, jauh sebelum pertempuran yang sebenarnya terjadi.
Dalam khasanah strategi perang yang terkenal di Tiongkok tempo dulu, penggerogotan kekuatan musuh disebut Kepung Wei untuk menyelamatkan Zhao.
Strategi itu kemudian menjadi doktrin kedua pasukan Tiongkok kala itu.
Relevansinya dengan Pilkada 2020, ketika musuh terlalu kuat untuk diserang, maka seranglah pada titik berharga (suara pileg 2019) yang dimilikinya.
Segenap kontestan akan saling serang sesuatu yang berhubungan atau dianggap berharga oleh kontestan, untuk melemahkannya secara psikologis.
Sejarah pahit mencatat, Sultan Agung gagal menyerang Batavia, karena lumbung pangan di Karawang dan Bekasi dibakar kumpeni.
Fakta terbaru, PDI-P pada pilkada 2015 punya pengalaman pahit, suara di pileg 114.000, hilang tak tentu larinya sehingga Jangkung Endah kala itu hanya meraih 112.000 suara, dua ribu di bawah suara pileg.
Saat ini penggerogotan suara pileg 2019 itu telah dimulai. Istilahnya, perang telah berkobar, sebelum pencoblosan Rabu Wage 9 Desember 2020 dilaksanakan.
(Bambang Wahyu Widayadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda