Calon pemilih yang tersebar di 144 desa, atau di 1.431 Padukuhan, dalam Pilkada 9 Desember 2020 sikapnya tidak jauh-jauh amat dari pengalaman pemilihan sebelumnya.
Ratno Pintoyo, politisi gaek, mantan pentolan PDI-P menyatakan, para broker politik lima tahunan akan menerapkan strategi bagita (bagi rata).
Mereka, para broker itu, menurut Ratno Pintoyo akan membawa satu gerbong calon pemilih lengkap dengan DPT-nya ke seluruh calon yang bertanding.
Sebaliknya, para broker itu juga didatangi para oknum yang mengaku utusan kandidat. Terjadilah agriment alias kesepakatan untuk saling membantu dalam kepentingan yang berbeda.
Broker memburu amplop, para utusan meyakinkan kandidat, bahwa kelompok Suto, Noyo, Dadap, Waru,100% loyal mendukungnnya.
"Yang terjadi, para broker itu menghitung anggotanya secara porogapit," ujar Ratno Pintoyo, Minggu (2/8/20).
Artinya, lanjut Ratno Pintoyo, suara dibagi ke seluruh kandidat yang dianggap telah menyumbang budi baik kepada kelompok.
Hal seperti itu rutin terjadi pada pesta demokrasi yang berbentuk pemilihan langsung.
Lalu, tanya Ratno Pintoyo, politik transaksional itu siapa yang memulai?
Slamet S.Pd MM, mantan anggota DPRD DIY membenarkan, memang begitu adanya.
Menurut Slamet, penciuman Bawaslu selalu tumpul.
(Bambang Wahyu Widayadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda