Mayor, kenakan baju batik Kedungkeris |
Mayor Sunaryanta berbeda, dia tidak mau membatasi diri.
Saya, kata Mayor, kepada puluhan wartawan nasional dan daerah, memilih tempat terbuka. Fashion show di bawah langit.
"Peragaan busana harus bisa dinikmati semua kalangan," tegas Mayor Sunaryanta, di halaman tempat tinggalnya, Selasa malam (18/8/20.
Peragaan Busana mengangkat batik motif Kedungkeris, karya Guntur Susila 2019.
Bukan hanya kebetulan, Kedungkeris merupakan Desa, tempat Mayor Sunaryanta dilahirkan.
Kedung (palung sungai) menyimpan air dalam jumlah besar. Di situ pasti ada kehidupan seperti ikan, satwa dan tetumbuhan.
"Manusia mengambil banyak manfaat dari keberadaan kedung," terangnya.
Selain air dan ikan yang ada, menurut Sunaryanta, manusia biasa menyatu dengan alam menikmati kedamaian, dan kenyamanan.
"Sebut misalnya bermukim di sekitar kedung," imbuh Mayor.
Dia merinci, di sekitar Kedung tercipta silaturahmi yang hangat, saat mandi dan mencuci, sehingga terwujud suasana asri guyub, damai dalam menjalani hidup bermasyarakat.
Sementara Keris merupakan sipat kandel (senjata) manusia Jawa dalam mengawal alam semesta (Gunungkidul).
Menjadi tidak keliru bahwa sebelum peragaan busana dimulai, digelar wayang kulit satu jam dengan lakon Satria Pinilih.
Lakon yang diangkat, erat hubungannya dengan pesta demokrasi (Pemilukada) Rabu Pon 9 Desember 2020.
Tanah kelahiran
Bumi Handayani akan menjadi sebuah lagu demokrasi yang orang tidak akan tahu kapan garis dan di mana finishnya.
"Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Itulah semangat pengabdian yang akan terus menggelora di hati untuk kemajuan dan kesejahteraan Gunungkidul Handayani tercinta," pungkas Mayor Sunaryanta.
(BambangWahyu Widayadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda