Jumat, 17 Juli 2020

POLITIK DALAM PUISI



Taufik Ismail  Penyair  Kritik Sosial  

Ajib Rosidi menulis dalam Laut Biru Langit Biru, halaman 392, sajak-sajak Taufik Ismail mulai dimuat di berbagai majalah kebudayaan tahun 1950-an, tetapi namanya menonjol setelah dia menerbitkan kumpulan puisi bertajuk Tirani (1966) dan Benteng (1966).
Pria kelahiran Bukittinggi 25 Juni 1937 ini termasuk kategori art longa vita longa, seninya panjang hidupnya panjang.

Dia, berbeda dengan Chairil Anwar, yang art longa vita brevis, seninya panjang hidupnya pendek.

Taufik Ismail sepantaran Si Burung Merak, Wahyu Sulaiman Surendra Rendra selisih 2 tahun lebih tua Rendra.

Priya yang karya puisinya banyak dinyanyikan group legendaris Bimbo ini lihai merekam situasi dengan kamera hati atas detail peristiwa politik yang lewat di depan mata.

Pilihan kata bersifat obyektif korelatif, sehingga membangkitkan imaji penikmat puisi. Contohnya karya yang  berjudul Negeriku Sedang Dilahap Rayap. Dia merekam Indonesia sesuai yang dia rasakan


(Bambang Wahyu Widayadi)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...