Senin, 27 Januari 2014

DIMADU TAK MAU, DICERAI 'OGAH', RADESTYA TAK PUNYA AYAH

Nur Indah dengan Radestya Putrinya

Janda anak satu, mengahadapi pilihan dilematik. Bayi mugil  usia sebulan bernasib kurang mujur. Lahir ke dunia tanpa kasih sayang seorang ayah. Siapa  yang harus menyelamatkan bayi tersebut? Pagi ini Senin 27/1/2014 rencana diselesaikan oleh para pihak di Polsek Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkkdul.

Nur Indah Susilowati (25) janda beranak satu, warga Pedukuhan Krakalan, Desa Beji, Keacamatan Patuk, Gunungkidul melahirkan anak kedua Radestya Branis Raihah melalui bedah sesar di RSUD Klaten, 21/12/2013. Secara hukum, Radestya tidak memiliki ayah.

Wasiran (48),  tidak menyangka kalau putri tunggalnya, Nur Indah Susilowati melahirkan anak kedua. Menurut ketrerangan Wasiran, setahun terakhir Nur Indah tidak pulang. “Anak saya bekerja di Jogja,” kata Wasiran terbata.

Ahad sore 26/1/2014 Budi Rohmadi diantar ibu mertuanya Rohwati datang ke rumah Wasiran. Di depan Wasiran, Budi berterus terang mengaku salah. “Dik Nur hamil dan sekarang melahirkan, sepenuhya adalah kesalahan saya Pak,” aku Budi Rohmadi sore itu. Konsekuensinya, Budi Rohmadi bertanggungjawab sanggup menikahi.

Saat Budi menyatakan kesanggupannya, posisi Nur Indah Susilowati, berada di tempat kost di Yogyakarta. Wasiran terperanjat. Situasi menegang, ketika Dukuh setempat, Suratno menyodorkan dua obsi. “Pilih diamuk massa apa pilih bertanggungjawab?”

Situasi nyaris tidak terkedali, ketika Ririn, istri Budi menyela. “Saya tidak mau dimadu, juga tidak mau dicerai,” kata Ririn bersungut-sungut. Nyaris terjadi hukum rimba, untung petugas Polsek Patuk segera datang menenangkan massa. Pagi ini, Wasiran, Budi Rohmadi didampingi mertua, menyelesaikan persoalan teesebut di Polsek setempat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...