Nur Indah dengan Radestya Putrinya |
Janda anak satu, mengahadapi
pilihan dilematik. Bayi mugil usia
sebulan bernasib kurang mujur. Lahir ke dunia tanpa kasih sayang seorang ayah.
Siapa yang harus menyelamatkan bayi
tersebut? Pagi ini Senin 27/1/2014 rencana diselesaikan oleh para pihak di Polsek
Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkkdul.
Nur
Indah Susilowati (25) janda beranak satu, warga Pedukuhan Krakalan, Desa Beji,
Keacamatan Patuk, Gunungkidul melahirkan anak kedua Radestya
Branis Raihah melalui bedah sesar di RSUD Klaten, 21/12/2013. Secara
hukum, Radestya tidak memiliki ayah.
Wasiran
(48), tidak menyangka kalau putri
tunggalnya, Nur Indah Susilowati melahirkan anak kedua. Menurut ketrerangan
Wasiran, setahun terakhir Nur Indah tidak pulang. “Anak saya bekerja di Jogja,”
kata Wasiran terbata.
Ahad
sore 26/1/2014 Budi Rohmadi diantar ibu mertuanya Rohwati datang ke rumah
Wasiran. Di depan Wasiran, Budi berterus terang mengaku salah. “Dik Nur hamil
dan sekarang melahirkan, sepenuhya adalah kesalahan saya Pak,” aku Budi Rohmadi
sore itu. Konsekuensinya, Budi Rohmadi bertanggungjawab sanggup menikahi.
Saat
Budi menyatakan kesanggupannya, posisi Nur Indah Susilowati, berada di tempat
kost di Yogyakarta. Wasiran terperanjat. Situasi menegang, ketika Dukuh
setempat, Suratno menyodorkan dua obsi. “Pilih diamuk massa apa pilih
bertanggungjawab?”
Situasi
nyaris tidak terkedali, ketika Ririn, istri Budi menyela. “Saya tidak mau
dimadu, juga tidak mau dicerai,” kata Ririn bersungut-sungut. Nyaris terjadi
hukum rimba, untung petugas Polsek Patuk segera datang menenangkan massa. Pagi
ini, Wasiran, Budi Rohmadi didampingi mertua, menyelesaikan persoalan teesebut
di Polsek setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda