Bunuh diri di kalangan remaja, Kabupaten Gunungkidul menduduki
rangking pertama. Para pemerhati tercengang dan prihatin. Langkah Pemerintah,
cq Binmas Islam Kantor Departemen Agama setempat? Nyaris tidak terdengar.
Angka bunuh di Gunungkidul
tahun 2012 mencapai hampir 40 jiwa. Aspi Kristiati Staf Kesehatan masyarakat RSJ GRHASIA YOGYAKARTA, membuka catatan itu pada
kesempatan sosialisasi penanggulangan bunuh diri di aula Kecamatan Ponjong,
Gunungkidul 29/4/2013 silam.
Empat mahasiswa: Triyani, Ari Setiarsih, Hardiyan Putri Oktaviani,
dan Suyatno Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pun melakukan penelitian terkait dengan
kecenderungan bunuh diri kalangan remaja di Gunungkidul.
Mereka memilih topik “Menguak Fenomena Bunuh Diri Kalangan Remaja
di Kabupaten Gunungkidul dari Perspektif Psikologi”. Penelitan diawali Maret berakhir
Juni 2013. Dikawal dosen pembimbing, Pratiwi Wahyu Widiarti, M.Si. mereka
memilih desa Ngoro-Oro, Kecamatan Patuk dan Desa Sidoharjo Kecamatan Tepus sebagai
sasaran lokasi.
Penelitian bertujuan menjelaskan fenomena bunuh diri yang
dilakukan oleh remaja di Kabupaten Gunungkidul serta faktor melatarbelakanginya. Keempat mahasiswa itu
tergerak melakukan penelitian karena pada tahun 2005 angka bunuh diri yang
dilakukan oleh remaja di Kabupaten Gunungkidul menduduki peringkat nomor satu
di Indonesia.
Triyani dkk. melakukan wawancara dengan 50 remaja di desa
Ngoro-oro. Hasilnya disimpulkan kecenderungan remaja bunuh diri karena: (1)
depresi; (2). Orangtua kurang perhatian, (3). Orang tua terlalu mengekang; (4).
malu karena masalah yang dihadapi adalah
aib; (5). tidak ada tempat untuk berkeluh kesah.
Penyluluhan dilaksanakan, penelitian dilakukan, tetapi
kencenderungan bunuh diri terus saja menggelinding. Ada apa dengan Kabupaten
Gunungkidul? Binmas Islam Departemen Agama setempat, seperti tidak memiliki
greget melakukan pencegahan. Gaung pencegahan nyaris tak terdengar.
Dua percobaan bunuh diri terjadi di Kecamatan Semanu dan Tepus. Ngateman
warga dusun Ngampo Desa Pacarejo Semanu, Gunungkidul mencoba mengakhiri hidup
dengan cara gantung diri. Upaya itu berhasil digagalkan warga yang memergokinya
Kamis (09/05/2013). Belakangan diketahui Ngateman habis bertengkar dengan istri.
Supadi (45) warga Pule Ngelo, Sidoharjo, Tepus, Senin (28/10/2013)
tergeletak bersimbah darah di depan kamar mandi rumahnya. Luka sayatan benda
tajam di leher, perut dan kemaluan. Korban selamat, tetapi AKP Parjan, Kapolsek
Tepus tak berhasil mengungkap motif.
Ponimin, Warga Semoyo, Patuk, Gunungkidul gantung diri karena
memikirkan anak mantunya banyak hutang. mBah Rono warga Plosodoyong, Ngalang
Gedangsari, Gunungkidul, gantung di pohon belimbing, karena merasa sakitnya
tidak kunjung sembuh.
Galang Suko Ardi (25) warga Blimbing, RT 04 RW 01, Banyumudal,
Moga Pemalang, Jawa Tengah, gantung diri di Panggang. Mayat ditemukan Kamis sore (19/12/2013) pukul 17.30 WIB telah
membusuk. TKP tobong gamping alas Gebang Padukuhan Panggang I, Giriharjo, Panggang.
Galang adalah mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta Fakultas Teknologi Industri,
Program Studi Teknik Perminyakan. Motif bunuh
diri depresi karena terancam DO.
Aneh. Kabupaten Gunungkidul sepertinya merupakan ‘papan empuk’ atau seperti ‘surga’ bagi orang
bunuh diri. Gunungkidul, ada apa denganmu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda