Minggu, 05 Januari 2014

ADA YANG ALOT, ADA YANG ENGGAK: SUNATAN MASSAL




Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, dibuka dengan vestival solawat. Sembilan group tampil. Hari Pertama kategori ‘Ngarobi’, hari kategori ‘Jawa’  Pada sesi  penutupan dilaksanakan khitanan massal dan donor darah.

Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor (PAC-GPA) bersama Fatayat sekaligus MWC NU Kecamatan Patuk, Gunungkidul menyongsong tahun baru dan  peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. melaksanakan 3 kegiatan terpadu, sejak Kamis 2/1/2014 hingga Ahad 5/1/2014.

Hari pertama dan kedua diisi kegiatan lomba solawat katgori Ngarobi juga kategori Jawa. “Dua kesenian solawat itu,” kata M. Ali Syafrudin selaku Ketua Panitia, “sangat berbeda. Yang pertama khusus solawat berbahasa Arab, sementara yang kedua berbahasa Jawa. Lebih spesifik, yang disebut terakhir biasa diselingi dengan tembang campur sari.”

Peraih juara I kategori Ngarobi adalah goup Solawat Nabi Desa Semoyo, sementara katagori Jawa direbut Dusun Ngembes, Desa Pengkok, Kecamatan Patuk. Kedua group itu memperoleh tropi dan uang pembinaan.

Hari ketiga, kedua jagoan solawat nabi itu dipentaskan di pendopo aula kecamatan Patuk. Pagi harinya dilanjutkan khitanan masal dan donor darah.  
“Dalam 420 menit (7 jam) berhasil disunat 28 anak”, ungkap Rusbandi Priyombodo, “selaku donatur utama.  “Dua dokter dibantu 4 paramedis dari RS Bethesda Yogyakarta kerja keras. Saya salut atas kesigapan mereka dalam membantu kegiatan ini.”

Menangani 28 anak, dua dokter dan 4 paramedis  kelihatan santai. Itu sangat berpengaruh pada psikologi anak yang lagi disunat. Rata-rata mereka berwajah ceria. Tidak tegang. Kalau toh ada seikit rasa takut, mereka sembunyikan dengan main game di HP yang mereka bawa.

“Kendala pasti ada Mas,” kata salah satu dokter, “semua tergantung pada ini (sembari menunjuk thithit si bocah). Kalau lengket, atau bungkus kami perlu waktu 20 menit. Tetapi kalu normal, maksimal 12 sampai 15 menit”.

“Ya seperti buah rambutanlah. Ada yang aceh alias ngelotok, ada pula yang lengket dan kecut. Seperti itulah, tingkat kesulitannya,” timpal bagian pendaftaran yang ternyata dia seorang ko’as yang bertugas menyelesaikan administrasi sunatan massal.

Brananda (7 th), diantar Suharyanto, asal Dusun Dogo, Desa Nglanggeran, Patuk,  usai disunat nampak senang dan  lincah. Dia dan rekan-rekannya memperoleh fasilitas sarung, baju  koko, peci dan uang saku sebesar Rp 40.000,00. Sementara Kegitan lainnya, donor darah diikuti oleh 15 orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...