Di luar rutan KPK, Anas menjelma menjadi Gede Pasek. Ft Tribun |
Di rutan KPK, Anas Urbaningrum punya jabatan rangkap. Satu pihak dia tahanan
tersangka tipikor. Di pihak lain, Anas adalah tahanan politik. Tentang yang
kedua, awalnya saya ragu.
Tetapi begitu
membaca tulisan Sri Mulyono dalam: ‘Marzuki Alie: Anas Sudah Titik’, kenyataan
itu rupanya menjadi benar. Kadar tahanan pilitiknya semakin kental.
Termasuk
karakter Anas, saya perhatikan juga rangkap.
Suatu saat dia tampil dengan ‘sindiran lembut’, di saat yang lain, dia
berpenampilan sarkastik. Tangan Anas nyaris seperti gurita, yang setiap ujung
jarinya ada mulut, bisa bicara kapan dan apapun yang dia mau.
Sepeti
Raja Siliwangi, Anas mampu mengubah wujud. Bedanya, Raja Pajajaran itu bisa berubah
menjadi tujuh, Anas cukup lima termasuk dirinya. Anas juga memiliki aji paglemunan (kemampuan menghilang) bisa keluar dari
rutan KPK, dan bebas berkeliaran. Yang saya maksudkan begini: Anas bisa sebagai
Gede Pasek Suardika, Sri Mulyono, Tri Dianto, Termasuk Istrinya.
Ki Ronggo
Warsito benar, ‘lempoh ngideri jagad’ cukup terbukti. Akun twiter Anas sulit
dibendung. Belakangan KPK dibikin ‘termehek-mehek’, sehingga harus sibuk
menggeledah ruang tahanan.
Dari
rutan KPK, Anas masih bisa beri saran, Agar SBY berhenti dari Ketua Umum Partai
Demokrat. Anas memang sudah dibungkam, tetapi Tri Dianto mudah dihampiri awak
media, dan dia bebas ceplos-ceplos bicara apa adanya. Juga Gede Pasek Suardika.
Kalau Sri Mulyono tak perlu diragukan, dia sangat piawai memformulasikan
gagasan melalui media online.
Istri
Anas memang belum nampak kiprahnya. Tetapi saya yakin, manakala suaminya digencet hukum yang
ditunggangi politik, dia akan menggeliat, ibarat Srikandi menghadapi
Resi Bisma di medan Baratayuda.
Tidak
pernah ada yang menyangka, bahwa SBY adalah seorang diktator di Partainya. Anas
masuk ke Demokrat, menurut saya, dia jatuh ke tangan orang yang salah. Resiko
yang tak terhindari, saat ini dia harus berbaku
hantam dengan partai yang pernah dia besarkan, termasuk pemilik Demokrat yaitu
SBY.
Saya lihat
SBY dan kroninya semakin kedodoran. SBY boleh saja ngumbar somasi kepada
siapapun yang dia mau melalui kuasa hukum yang dia bayar mahal. Tetapi SBY
tidak bisa menghentikan Gede Pasek cs, untuk berhenti ngomong sembari sesekali
lontarkan upercut ke pipi atau hook ke hidung Partai Demokrat. Anas inthe group punya gaya pukul-henti
dan bukan pukul lari.
Anas terus mengolok-olok SBY, bahwa elektabilitas
Demokratnya yang biru makin terpuruk, dari 10 %, sekarang tinggal 7 % bahkan 6
%. Apa yang bisa dilakukan SBY. Menunggu keajaiban? Sebuah pekerjaan yang mungkin
sangat menyebalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda