Selasa, 28 Januari 2014

ANAS PUNYA AJI PENGLEMUNAN DAN BISA BERUBAH WUJUD

Di luar rutan KPK, Anas menjelma menjadi Gede Pasek. Ft Tribun

Di rutan KPK, Anas Urbaningrum  punya jabatan rangkap. Satu pihak dia tahanan tersangka tipikor. Di pihak lain, Anas adalah tahanan politik. Tentang yang kedua, awalnya saya ragu.  

Tetapi begitu membaca tulisan Sri Mulyono dalam: ‘Marzuki Alie: Anas Sudah Titik’, kenyataan itu rupanya menjadi benar. Kadar tahanan pilitiknya  semakin kental.

Termasuk karakter Anas, saya perhatikan  juga rangkap. Suatu saat dia tampil dengan ‘sindiran lembut’, di saat yang lain, dia berpenampilan sarkastik. Tangan Anas nyaris seperti gurita, yang setiap ujung jarinya ada mulut, bisa bicara kapan dan apapun yang dia mau.

Sepeti Raja Siliwangi, Anas mampu mengubah wujud. Bedanya, Raja Pajajaran itu bisa berubah menjadi tujuh, Anas cukup lima termasuk dirinya. Anas juga memiliki aji paglemunan (kemampuan menghilang) bisa keluar dari rutan KPK, dan bebas berkeliaran. Yang saya maksudkan begini: Anas bisa sebagai Gede Pasek Suardika, Sri Mulyono, Tri Dianto, Termasuk Istrinya.

Ki Ronggo Warsito benar, ‘lempoh ngideri jagad’ cukup terbukti. Akun twiter Anas sulit dibendung. Belakangan KPK dibikin ‘termehek-mehek’, sehingga harus sibuk menggeledah ruang tahanan.

Dari rutan KPK, Anas masih bisa beri saran, Agar SBY berhenti dari Ketua Umum Partai Demokrat. Anas memang sudah dibungkam, tetapi Tri Dianto mudah dihampiri awak media, dan dia bebas ceplos-ceplos bicara apa adanya. Juga Gede Pasek Suardika. Kalau Sri Mulyono tak perlu diragukan, dia sangat piawai memformulasikan gagasan melalui media online.

Istri Anas memang belum nampak kiprahnya. Tetapi saya yakin, manakala suaminya digencet hukum yang ditunggangi politik, dia akan menggeliat, ibarat Srikandi menghadapi Resi Bisma di medan Baratayuda.

Tidak pernah ada yang menyangka, bahwa SBY adalah seorang diktator di Partainya. Anas masuk ke Demokrat, menurut saya, dia jatuh ke tangan orang yang salah. Resiko yang tak terhindari, saat ini  dia harus berbaku hantam dengan partai yang pernah dia besarkan, termasuk pemilik Demokrat yaitu SBY.

Saya lihat SBY dan kroninya semakin kedodoran. SBY boleh saja ngumbar somasi kepada siapapun yang dia mau melalui kuasa hukum yang dia bayar mahal. Tetapi SBY tidak bisa menghentikan Gede Pasek cs, untuk berhenti ngomong sembari sesekali lontarkan upercut ke pipi atau hook ke hidung Partai Demokrat.  Anas inthe  group punya gaya pukul-henti dan bukan pukul lari.

Anas terus mengolok-olok SBY, bahwa elektabilitas Demokratnya yang biru makin terpuruk, dari 10 %, sekarang tinggal 7 % bahkan 6 %. Apa yang bisa dilakukan SBY. Menunggu keajaiban? Sebuah pekerjaan yang mungkin sangat menyebalkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...