Bukit Kapur milik Wagino yang digempur |
Bukit kapur seluas 5000 m2 digempur. Awalnya,
lokasi tersebut oleh pemiliknya dirancang untuk mendirikan warung kelontong.
Separo gempuran, fisik bukit berubah bentuk. Pikiran pun berbelok, dari
mendirikan warung ke melestarikan sejarah.
Lelaki itu berpenampilan
sederhana. Saat menerima kedatangan saya, dia
bercelana kolor, kaos lengan pendek tanpa krag. Kami duduk di bawah
tenda terpal. Maklum, dia lagi bongkar total rumah satu-satunya peningglan
orang tuanya. Di bangku kecil telah tersedia dua gelas kopi hitam.
Wagino, demikian dia
memperkenalkan diri. Sehari-hari bekerja sebagai petani. Bulan Juni tahun 2013,
dia berfikir untuk mendirikan usaha di tepi jalan raya. Keinginan yang wajar,
kerena rumah tinggal yang saat saya datang lagi dibongkar, letaknya agak di
pedalaman. Persisnya di Pedukuhan Pengkol Kidul, RT 01/02, Desa Pengkol,
Kecamatan Nglipar, Gunungkidul.
Dari jalan raya lintas
Nglipar-Nhawen sekitar 2 Km. Kemuannya tidak berlebihan, karena Wagino hanya ingin mebuka
warung kelontong. Lalu, tanah warisan orang tua sekitar 5000 m2 berupa bukit
kapur, terletak persis di tepi jalan raya dia gempur habis-habisan.
Nafas Wagino hampir putus,
pekerjaan tak juga kelar. Empat orang
tetanga, Suktoto, Rewang Pranyoto, Bejo, Parman dan Yono menawawarkan diri
membantu Wagino. Kesepakatan pun di-amini. Lima orang tetangga membentuk
kelompok, Wagino selaku pemilik bukit tidak perlu angkat martil dan linggis.
Selama 6 bulan lebih, bukit batu
kapur yang terletak di Dusun Pengkol RT
01 RW 02, Desa Pengkol, kecamatan Nglipar, Gunungkidul, di tepian jalan lintas
Nglpar-Ngawen, diamuk (ditambang) oleh lima kelompok. Hasil bongkaran bukit
dijual sebagai bahan pondasi rumah dan urug jalan. Satu rit, dijual Rp
130.000,00. Pembagiannya, pekerja Rp 115.000,00, Wagino selaku pemilik Rp
15.000,00.
Kaki bukit yang semula mepet
jalan aspal, saat ini mundur selebar 20 m dari as jalan, panjang kurang lebih 70 m. Bukit tersebut
dibongkar tegak lurus, ketinggian 20 m. Untuk sampai ke puncak masih kurang
lebih 5 m lagi. Bentuk bukit itu kini berubah, dari gundukan batu, menjadi
tebing batu kapur.
Wagino berubah pikiran. Dalam
benaknya tergambar, lokasi tesebut bisa
dimanfaatkan untuk keperluan panjat tebing. Tetapi karena di dusun Pengkol ada
tokoh sejarah Ki Ageng Damarjati, yang juga disebut sebagai Sunan Tremboyo,
Wagino juga bermimpi bisa membuat relief
atu ornamen tokoh tersebut untuk keperluan wisata sejarah. Mimpi Wagino sedang
didiskusikan dengan para pihak, termasuk Kepala Desa, Camat dan Bupati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda