Melihat wajah
Indonesia masa kini (baca: perseteruan Cikeas-Durensawit), memaksa saya menengok
ke belakang, paling tidak untuk peristiwa 792 tahun silam. Sebutlah, harus ‘njajah
deso milangkori’ jauh sebelum Kerajaan Singasari berdiri di tahun 1222 Masehi. Kerajaan Singasari, adalah gejala arena
politik balas dendam.
J.L.A. Brandes, sarjana berkebangsaan Belanda menulis tentang
Kerajaan Singasari tahun 1896, dalam Pararaton of het boek der konigen van Tumapel en van Majapahit uitgegeven
en toegelicht. Pararaton, di
saping sebagai dokumen sejarah, adalah kitab sastra bernafaskan Hindu. Dari
Brandes diketahui, raja Singa Sari pertama ternyata seorang bandit, seorang
pembunuh berdarah liicik bernama Rajasa Sang Amurwabhumi, alias
Ken Arok.
Kitab Pararaton sebagai produk karya sastra pada jamannya, menuturkan
dinamika Kerajaan Singasari tanda tedeng aling-aling. Rajasa Sang Amurwabhumi, alias
Ken Arok, dibunuh Anusopati, sebagai bentuk ekspresi balas dendam, karena Tunggul Ametung ayah Anusopati, mati di tangan Ken Arok,
melalui tangan Kebo Ijo.
Terlepas itu Kutukan Mpu Gandring, atau pendeta
Budha dari Panawijen Mpu Purwa, ayahanda Ken Dedes, peristiwa beruntun, tikam menikam adalah konflik
politik bermotif balas dendam. Tak luput juga, manakala Jaya Katwang raja
Kediri menggempur Singasari, dan berhasil membunuh Kerta Negara
atau Joko Dolog, masih juga dalam
lingkaran serupa.
Bahkan perseteruan yang terbungkus dalam nafas balas dendam
itu sangat gamblang terlihat ketika Raden Wijaya menantu
Kerta Negara, bersekutu dengan tentara Tar Tar dari Negeri Cina untuk balik
menggempur Kerajaan Kediri.
Jangan pernah mengira, Raden Wijaya selaku pendiri Kerajaan
Maja Pahit, terlepas dari sifat licik. Tentara Tar Tar yang berhasil membantu perang melawan Kediri
pun akhirnya dihabisi tanpa ampun olehnya.
Satu kehebatan Raden Wijaya, dia berhasil mentas dari
pergulatan politik balas dendam setelah mendirikan Kerajaan Besar bernama Maja
Pahit. Tetapi pergumulan baru pun dimulai dari sini. Hindu dan Islam, demikian kuat
bertarik ulur kepentingan.
Relevansinya dengan NKRI saat ini? Saya akan paparkan terkait
dengan perseteruan Cikeas-Durensawit yang tidak kunjung reda, tetapi malah makin
gemuruh, di tulisan tersendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda