SBY diunduh dari 4shared image |
Itulah yang disebut Anas Urbaningrum sebagai alinea pertama. Saya memilih menggunakan istilah gempuran pertama untuk keluarga Cikeas. Tak pelak,
ketika gempuran itu berhasil, KPK akan menjelma menjadi lembaga super power. SBY juga Ibas, cepat atau lambat, mau tidak
mau, pasti dipanggil dan diperiksa KPK
.
Ini konsekuensi logis dari pilihan SBY. Bapaknya
Ibas terlajur meproklamirkan bahwa ‘hukum adalah
panglima’. SBY pernah bilang, dalam hal penegakan hukum, dia siap
berdiri paling depan. Termasuk kategori senjata makan tuan? Kalau terjadi,
maksud saya: dan itu kalau KPK berani. Sebagai kesatria, menjilat ludah,
untuk orang sekelas SBY tentunya pamali. Dia (SBY) harus berada di garda paling
depan, tanpa harus didorong-dorong (diseret-seret) oleh Anas.
Flasback ke peristiwa 1998. Soeharto turun dari
jabatan pada awal periode terkhir kepresidenannya, terbilang sangat tragis. Tetapi masih bisa dikatakan terhormat.
Bapaknya Tutut, di depan mikrofon, meski agak sedikit ‘gemetar dan groyok’,
masih sanggup berucap jujur, “Saya menyatakan
berhenti dari jabatan Presiden RI.”
Nuansa kedongkolan rakyat pada Soeharto, tidak
sekental kejengkelan pada SBY. Pasalnya? Soeharto begitu gagah melangkah mundur.
Sementara SBY terkesan owel alias tidak rela mengakui kegagalan demi kegagalan
yang dia ciptakan.
Penilaian publik, SBY gagal memimpin Partai
Demokrat. Ini yang pertama dan fatal. Pilihan menjadi ketua umum PD adalah langkah bunuh diri, karena di posisi itu makin
tampak, bahwa SBY benar-benar tidak bisa mengendalikan Demokrat partai yang
diciptakannya. Memimpin Demokrat gagal, memimpin negra, jangan ditanya.
Menakar nasib Partai Demokrat dalam pertarungan
pemilu 2014, dijamin tidak akan seberhasil
di pemilu 2009, kecuali PD melakukan keculasan politik. Sementara pertarungan hukum
politik dan moral Anas versus SBY akan berlanjut, meski pemilu 2014 sudah berakhir.
Menghitung permusuhan Anas-SBY analog dengan
perang brubuh. Berawal dari pararelisme ‘macan
mangan gogor’. Harimau, segalak apapun, pasti tidak tega memakan
(gogor) anak sendiri. Tetapi SBY akan mengabaikan karakter harimau. Dia akan
makan habis itu Anas tanpa sisa, sampai ke tulang belulang.
SBY pada babak kepresidenannya yang kedua, mempertontonkan gaya kepemimpinan yang sangat buruk.
Rakyat
dongkol pada Soeharto, itu fakta sejarah. Dan pada SBY? : dongkol, jengkel, gregetan
campur aduk, karena hari hari terakhirnya hanya sibuk diisi dengan sejumlah tangkisan,
dengan menebar somasi ke beberapa pihak yang dianggap memfitnah dirinya.
Rakyat muak
melihat permusuhan di dalam Partai Demokrat. Partai
Mercy Biru akan senasib dengan Golkar pasca Soeharto turun. Bedanya
Golkar bisa bangkit, karena di sana ada Akbar Tanjung. Di Demokrat? Tidak ada politisi
semilitan Akbar.
Demokrat, hampir pasti terpuruk, karena kartu
truf berada di tangan Anas. Saya melihat lelaki kelahiran Blitar ini tidak mau
tidur sendirian di dalam penjara yang pengap. Anas sudah diranjab habis-habisan.
Luka Anas ‘arang keranjang’. Seperti Abimanyu di medan tegal kuru, dia masih
memiliki keris pulanggeni, siap
menikam putra mahkota Sarojo Kesumo. Siapa
dia? Edhie Baskoro
Yudhoyono. Tegakah SBY memakan anak sendiri?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda