Rabu, 29 Januari 2014

SBY TEGA MEMAKAN ANAK SENDIRI?

SBY diunduh dari 4shared image
Gratifikasi Toyota Harrier, yang diterima Anas Urbaningrum, di kasus Hambalang,  kabarnya tak lepas dari campur tangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono. Dan Anas, tatkala menjadi Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR ditugasi oleh SBY sebagai  'pengamanan'  kebijakan dana talangan (bailout) Bank Century. Penyelamatan perlu dilakukan, terkait keberlangsungan pemerintahan SBY. Dalam konteks seperti itu, Anas dipanggil SBY, diberi pengarahan, plus sejumlah alasan mengapa langkah strategis perlu  dilakukan. Dikompilasi dari Tribun 25/1/2014.

Itulah yang disebut Anas Urbaningrum sebagai alinea pertama. Saya memilih menggunakan istilah gempuran pertama untuk keluarga Cikeas. Tak pelak, ketika gempuran itu berhasil, KPK akan menjelma menjadi lembaga super power.  SBY juga Ibas, cepat atau lambat, mau tidak mau, pasti dipanggil dan diperiksa KPK
.
Ini konsekuensi logis dari pilihan SBY. Bapaknya Ibas terlajur meproklamirkan bahwa ‘hukum adalah panglima’. SBY pernah bilang, dalam hal penegakan hukum, dia siap berdiri paling depan. Termasuk kategori senjata makan tuan? Kalau terjadi, maksud saya: dan itu kalau KPK berani. Sebagai kesatria,  menjilat ludah, untuk orang sekelas SBY tentunya pamali. Dia (SBY) harus berada di garda paling depan, tanpa harus didorong-dorong (diseret-seret) oleh Anas.

Flasback ke peristiwa 1998. Soeharto turun dari jabatan pada awal periode terkhir kepresidenannya, terbilang sangat tragis.  Tetapi masih bisa dikatakan terhormat. Bapaknya Tutut, di depan mikrofon, meski agak sedikit ‘gemetar dan groyok’, masih sanggup berucap jujur, “Saya menyatakan berhenti dari jabatan Presiden RI.”

Nuansa kedongkolan rakyat pada Soeharto, tidak sekental kejengkelan pada SBY. Pasalnya? Soeharto begitu gagah melangkah mundur. Sementara SBY terkesan owel alias tidak rela mengakui kegagalan demi kegagalan yang dia ciptakan.

Penilaian publik, SBY gagal memimpin Partai Demokrat. Ini yang pertama dan fatal. Pilihan menjadi ketua umum PD adalah langkah bunuh diri, karena di posisi itu makin tampak, bahwa SBY benar-benar tidak bisa mengendalikan Demokrat partai yang diciptakannya. Memimpin Demokrat gagal, memimpin negra, jangan ditanya.

Menakar nasib Partai Demokrat dalam pertarungan pemilu 2014, dijamin tidak akan seberhasil di pemilu 2009, kecuali PD melakukan keculasan politik. Sementara pertarungan hukum  politik dan moral Anas versus SBY  akan berlanjut, meski pemilu 2014 sudah berakhir.

Menghitung permusuhan Anas-SBY analog dengan perang brubuh. Berawal dari pararelisme ‘macan mangan gogor’. Harimau, segalak apapun, pasti tidak tega memakan (gogor) anak sendiri. Tetapi SBY akan mengabaikan karakter harimau. Dia akan makan habis itu Anas tanpa sisa, sampai ke tulang belulang.

SBY pada babak kepresidenannya yang kedua, mempertontonkan gaya kepemimpinan yang sangat buruk. Rakyat dongkol pada Soeharto, itu fakta sejarah. Dan pada SBY? : dongkol, jengkel, gregetan campur aduk, karena hari hari terakhirnya hanya sibuk diisi dengan sejumlah tangkisan, dengan menebar somasi ke beberapa pihak yang dianggap memfitnah dirinya.

Rakyat muak melihat permusuhan di dalam Partai Demokrat. Partai Mercy Biru akan senasib dengan Golkar pasca Soeharto turun. Bedanya Golkar bisa bangkit, karena di sana ada Akbar Tanjung. Di Demokrat? Tidak ada politisi semilitan Akbar.


Demokrat, hampir pasti terpuruk, karena kartu truf berada di tangan Anas. Saya melihat lelaki kelahiran Blitar ini tidak mau tidur sendirian di dalam penjara yang pengap. Anas sudah diranjab habis-habisan. Luka Anas ‘arang keranjang’. Seperti Abimanyu di medan tegal kuru, dia masih memiliki keris pulanggeni, siap menikam putra mahkota Sarojo Kesumo. Siapa dia?  Edhie Baskoro Yudhoyono. Tegakah SBY memakan anak sendiri? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...