Selasa, 14 Januari 2014

PARTAI PENGUASA TERJEBAK DALAM PUSARAN MAHA MEMBINGUNGKAN

Konflik Negara Kerajaan Singasari 792 tahun silam, adalah dinamika politik saling tikam. Analog tetapi tidak sama persis, Perseteruan Anas-SBY (Durensawit-Cikeas) makin kental.  Bagaimana kita musti melihat masalah ini?

Roda partai politik bergerak dengan baik, sepanjang itu ada pelumas. Mesin politik menjadi hidup dan bergerak, harus ada bensin. Pelumas dan bensin partai politik adalah ‘uang’.

Dalam sejarah mana pun, tidak ada partai politik hidup tanpa memiliki basis keuangan yang kuat. Bukan lagi rahasia, partai politik, dengan berbagai cara, kalau perlu menghalkan segala cara untuk menangguk sumber keuangan. Itu sebabnya, KPU, sebagaimana diamanatkan UU, tak henti-hentinya menagih, agar para caleg melaporkan dana kampanye pemilu.

SBY tertarik Anas Urbaningrum, kemudian well come, awalnya sanngat mempertimbangkan, bahwa tokoh muda jebolan KPU ini pintar dalam segala hal, termasuk lihai menggali dana untuk membesarkan Partai Demokrat.

Perkara Anas  kemudian didepak, itu justru karena faktor kepintarannya. Anas jago dalam merekrut Nazarudin yang ‘lugu tapi ceroboh’. Lihat, bukan kader militan, Nazarudin dihadiahi kursi bendahara PD. Dan SBY, kala itu nyaman-nyaman saja.

Parati Demokrat selaku bayi politik awalnya merangkak-rangkak,  tiba-tiba mampu berdiri dan mahir mengenakan ‘sarung tinju’, tanpa sumber dana berlebih adalah mustahil. Dari mana dana itu diperoleh? Jangan tanya Ruhut. Dia akan bilang “Tanya pada rumput yang bergoyang”.

Dalam hal dana, bertanyalah pada Nazarudin, Anas Urbaningrum, termasuk bertanyalah pada SBY. Mereka, menurut saya adalah segitiga biru yang paling tahu. Atau kalau apes malah sebaliknya: mereka paling bingung mencari jawaban.

Tetapi sangat ironis kalau SBY tidak mengeluarkan biaya untuk keperluan partai yang sedang didirikan waktu itu. Pastinya, SBY tidak akan sungkan merogoh kocek pribadi, untuk klangenannya yang bernama Partai Demokrat.

Nazarudin kejeblos, Angelina Sondhak terperosok, Andy Malarangeng kesleo, dan sekarang Anas Urbaningrum terjerembab. Pusaran yang menyebabkan mereka terpelanting adalah sama, yakni UANG.

Penguasa negeri ini tidak bisa dibilang mutlak di tangan Partai Demokrat, karena ada pembonceng mengatasnamkan koalisi. Celaknya PKS tokoh puncaknya kesandung ing tawang kebentus ing rata, alias penjadi pesaing kader Demokrat dalam hal korupsi.

Ada pembomceng, tetapi menurut saya Partai Demokrat sangat mendominasi. Dan kesimpulannya: negeri ini dikuasi oleh Partai Demokrat. Lantaran kader Partai Demokrat banyak yang terjerat kasus hukum, tidak bisa tidak,  SBY menjadi ‘bingung’.

Anas dan SBY ada kemiripan dengan jarum jam. Personifikasinya: Anas jarum pendek, SBY jarum panjang. Coba Anda tebak: apa sebab jarum jam itu selalu berputar? Saya menerka dalam bahasa yang sederhana: karena masing-masing jarum itu bingung mencari angka 13 tidak pernah ketemu. Negara Singasari dikelola oleh raja yang pintar membunuh. Negeri ini dikuasai oleh partai yang sedang bingung cari selamat.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...