Konflik Negara Kerajaan
Singasari 792 tahun silam, adalah dinamika politik saling tikam. Analog tetapi
tidak sama persis, Perseteruan Anas-SBY (Durensawit-Cikeas) makin kental. Bagaimana kita musti melihat masalah ini?
Roda partai politik bergerak dengan baik, sepanjang itu ada
pelumas. Mesin politik menjadi hidup dan bergerak, harus ada bensin. Pelumas
dan bensin partai politik adalah ‘uang’.
Dalam sejarah mana pun, tidak ada partai politik hidup tanpa
memiliki basis keuangan yang kuat. Bukan lagi rahasia, partai politik, dengan
berbagai cara, kalau perlu menghalkan segala cara untuk menangguk sumber
keuangan. Itu sebabnya, KPU, sebagaimana diamanatkan UU, tak henti-hentinya
menagih, agar para caleg melaporkan dana kampanye pemilu.
SBY tertarik Anas Urbaningrum, kemudian well come, awalnya
sanngat mempertimbangkan, bahwa tokoh muda jebolan KPU ini pintar dalam segala
hal, termasuk lihai menggali dana untuk membesarkan Partai Demokrat.
Perkara Anas kemudian
didepak, itu justru karena faktor kepintarannya. Anas jago dalam merekrut
Nazarudin yang ‘lugu tapi ceroboh’. Lihat, bukan kader militan, Nazarudin
dihadiahi kursi bendahara PD. Dan SBY, kala itu nyaman-nyaman saja.
Parati Demokrat selaku bayi politik awalnya merangkak-rangkak, tiba-tiba mampu berdiri dan mahir mengenakan
‘sarung tinju’, tanpa sumber dana berlebih adalah mustahil. Dari mana dana itu
diperoleh? Jangan tanya Ruhut. Dia akan bilang “Tanya pada rumput yang
bergoyang”.
Dalam hal dana, bertanyalah pada Nazarudin, Anas Urbaningrum,
termasuk bertanyalah pada SBY. Mereka, menurut saya adalah segitiga biru
yang paling tahu. Atau kalau apes malah sebaliknya: mereka paling bingung
mencari jawaban.
Tetapi sangat ironis kalau SBY tidak mengeluarkan biaya untuk
keperluan partai yang sedang didirikan waktu itu. Pastinya, SBY tidak akan sungkan
merogoh kocek pribadi, untuk klangenannya yang bernama Partai Demokrat.
Nazarudin kejeblos, Angelina Sondhak terperosok, Andy Malarangeng
kesleo, dan sekarang Anas Urbaningrum terjerembab. Pusaran yang menyebabkan
mereka terpelanting adalah sama, yakni UANG.
Penguasa negeri ini tidak bisa dibilang mutlak di tangan
Partai Demokrat, karena ada pembonceng mengatasnamkan koalisi. Celaknya PKS
tokoh puncaknya kesandung
ing tawang kebentus ing rata, alias penjadi pesaing kader Demokrat dalam
hal korupsi.
Ada pembomceng, tetapi menurut saya Partai Demokrat sangat
mendominasi. Dan kesimpulannya: negeri ini dikuasi oleh Partai Demokrat. Lantaran
kader Partai Demokrat banyak yang terjerat kasus hukum, tidak bisa tidak, SBY menjadi ‘bingung’.
Anas dan SBY ada kemiripan dengan jarum jam. Personifikasinya: Anas jarum pendek,
SBY jarum panjang. Coba Anda tebak: apa sebab jarum jam itu selalu berputar? Saya
menerka dalam bahasa yang sederhana: karena masing-masing jarum itu bingung mencari angka 13 tidak pernah ketemu. Negara
Singasari dikelola oleh raja yang pintar membunuh. Negeri ini dikuasai oleh
partai yang sedang bingung cari selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda